Senin, Maret 20, 2006

Beny Uleander

Tri Mutiara Karakter Biker Indonesia

(Catatan liputan Jogya Bike Rendesvous (JBR) 2006 yang berlangsung di Hall Jogya Expo Centre (JEC), selama tiga hari, 17-19 Maret 2006 lalu)

Pengda Harley Davidson Club Indonesia (HDCI) Jogjakarta akan tercatat dalam tinta emas sebagai perintis perhelatan pesta akbar motor gede di Indonesia. Jogja Bike Rendezvous (JBR) 2006 meninggalkan pesan ‘perdamaian’ dan persahabatan ke seantero persada Nusantara. Deklarasi JBR 2006 yang ditandatangani Walikota Jogjakarta Herry Zudianto dan disepakati semua pengurus motor besar se Indonesia yang hadir saat JBR 2006 menjadi tri-mutiara karakter bikers Indonesia. Deklarasi JBR 2006 Minggu (19/3) dibacakan biker HDCI Jakarta, Indro Warkop. Disebutkan, biker menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan dan etika dalam berkendara. Biker mematuhi peraturan dan undang-undang lalu lintas. Terakhir, komitmen biker memupuk kesadaran lingkungan sosial dan lingkungan ekologis.
Itulah karakter penggemar fanatik HD asal Indonesia yang ingin dibangun untuk memupus kesan angker klub-klub HD di luar negeri terutama Amerika yang didominasi para gangster. Gubernur DIY Sultan HB X sendiri memberi angin segar bagi eksistensi hajatan para bikers di Kota Jogja. HDCI Pengda Yogyakarta sebagai penyelenggara telah dipercaya Sultan Hamengku Buwono X sebagai Honorary Ambassador of Jogya Never Ending Asia di bidang pariwisata.
Ajang JBR 2006 ladang pameran dan sayembara produk-produk HD hasil modifikasi putra Indonesia. Tak pelak, bila stand customizer diserbu para pengunjung seperti Biker Station, Dodi Chrome, Kickass Choppers dan Retro Classic Cycles, selaku tuan rumah. Veroland, dedengkot Kickass Chopper menyebutkan dengan adanya JBR masyarakat awam bisa mengetahui sebuah motor custom yang bagus. Apresiasi pengunjung terhadap motor bisa dilihat dari pilihan berfoto dengan motor yang ada. Customizer alias builder pun bisa tertemu dengan calon pelanggan. Sesekali tampak komandan customizer menjelaskan perihal motor garapan kepada pengunjung.
Sementara Penasihat HDCI Pengda Jogja, Drs Benny Koeswanto, menilai JBR 2006 merupakan event yang digagas dengan dana di atas Rp 1 miliar. “Memang Pengda HDCI Jogja termasuk berani menjadikan JBR sebagai event tahunan. Tidak mudah buat event motor besar seperti ini. Saya sendiri bertugas untuk mendatangkan Indro Warkop agar event ini lebih semarak,’’ tutur pengusaha kulit asal Jogja yang terkenal sebagai ‘penggila’ HD klasik sejak remaja.
Dalam tiga hari, rata-rata tiap bikers menurut perkiraan Ketua Pelaksana JBR 2006 sekaligus pimpinan EO Jaran Production Yan Parhas, membelanjakan uang Rp 5 juta. Sementara bikers yang datang sekitar 1.500 orang. Uang yang mengalir ke masyarakat secara langsung sekitar Rp 7,5 miliar rupiah. Sebuah angka pendapatan dan devisa yang fantastis. Para bikers berdatangan dari berbagai penjuru tanah air dan luar negeri.
Peluang devisa ini benar-benar dilirik Badan Pariwisata DIY yang ingin mendongkrak devisa Kota Budaya dan Pendidikan tersebut. "Kalau dari segi pariwisata, hasil Jogja Bike Rendezvous 2006 ini konkret sekali, yaitu tingkat hunian hotel dan penginapan yang fully booked," kata Doddy Biwado (38), Ketua Pelaksana JBR 2006. Acara turing pun dikemas bernuansa promosi obyek-obyek pariwisata di DI Jogjakarta seperti Riding Through Merapi Vulcano untuk memperingati 1.000 tahun letusan Gunung Merapi.
Memang JBR yang digarap serius dan bertahap menurut pengamat HD Indonesia Mr Thijs Roosjen Sweek (49) asal Belanda, akan berkembang menjadi Sturgis kecil di Asia Tenggara. “Memang tidak dapat disamakan dengan Sturgis sebagai tempat berkumpulnya para bikers tetapi akan berkembang tahap demi tahap,’’ ujar salah satu pengurus HDCI Bogor.
KPO/EDISI 103 APRIL 2006

Beny Uleander

About Beny Uleander -

Beny Ule Ander, wartawan dan penulis di Denpasar, Bali. Kini fokus menulis potensi-potensi positif warga NTT diaspora di Bali yang bergabung dalam paguyuban Flobamora Bali.

Subscribe to this Blog via Email :