Senin, Maret 20, 2006

Beny Uleander

Fanatisme Penggemar Harley Davidson


PENDULUM: Jogya Bike Rendesvous (JBR) 2006 yang berlangsung di Hall Jogya Expo Centre (JEC), selama tiga hari, 17-19 Maret 2006 lalu merupakan moment otomotif yang perlu dipublikasikan. Fenomena fanatisme penggemar harleymania dan mogemania mendapat catatan penting. Klub-klub bikers ‘didikan’ negeri Paman Sam, Amerika penuh dengan noda hitam perseteruan antara gengster. Bikers Indonesia ‘didikan’ pensiunan militer dan polri tampil lebih modis dan santun sebagai duta pariwisata, kolektor sejati motor lawas, dan mengembangkan kesadaran humanis maupun ekologis lewat serangkaian turing dan kegiatan sosial kemanusiaan. 

Kisah Kawan Setia & Isteri Kedua
OLEH: BENNY ULENDER

Kesan kemewahan dan glamoritas memang lengket erat menyertai eksistensi Harley Davidson (HD). Motor besar dengan kapasitas silinder rata-rata 100 cu.in (1000 cc ke atas) ciptaan William Harley dan Arthur Davidson di Milwaukee, Winsconsin, AS pada tahun 1903 bukan sekedar kuda besi yang dirancang untuk melahap tanjakan Milwaukee. Jika sepeda motor Jepang berorientasi pada manfaat fungsional (functional benefit), HD lebih mengunggulkan manfaat emosional dan ekpresi diri (emotional and self expressive benefit). Itulah karakter sosial yang dihidupi kaum Harleymania dan mogemania (sebutan untuk penggemar fanatik HD dan motor gede). HD pun menjelma menjadi kawan setia maupun isteri kedua yang paling dimanjakan para biker. 
Rata-rata pemilik HD (bikers) adalah kelompok sosial dengan tingkat pendapatan menengah ke atas. Bikers yang meramaikan JBR 2006 dari kalangan komisaris, direktur, mantan pejabat militer, kalangan profesional, eksekutif muda, banker, pengusaha kelas atas, public figur, seperti selebritis bahkan tokoh eksekutif puncak seperti gubernur, bupati atau walikota. Mereka mengaku benar-benar dapat menikmati asyiknya bermotor setelah berada di atas sadel Harley. 
Menilik segala sisi kehidupan bikers dan deskripsi transparan kehidupan mereka bukan hanya kesan eksklusif juga jati diri yang sangar, rambut kadang dibiarkan panjang atau dicukur botak, badan tegap, berotot dihiasi tato di lengan kiri dan kanan. Di tingkat internasional, perintis fanatisme HD dipelopori bekas pilot skuadron tempur PD I, pedagang obat bius hingga pribadi yang bangga disemat predikat antihukum. Ingat nama Hell's Angels Motorcycle Club terbentuk di San Bernandino, California, AS tahun 1948. Ada literatur yang menyebutkan bahwa cikal bakal kelompok ini adalah klub Pissed Off Bastards yang ada di Fontana, California.
Hell's Angels terkenal ke seantero jagat (ada 100 chapter di seluruh dunia dan sepertiganya di Amerika Serikat). Namun sekaligus sangat misterius. Baru Ralph ''Sonny'' Barger, lewat buku berjudul Hell's Angel, yang bisa menceritakan sepak terjang mereka. Yang membuat bulu kuduk merinding, 'Hell's Angels adalah sekumpulan laki-laki yang bersedia mati untuk teman-temannya apa pun taruhannya. Mereka menjadi dalang berbagai kerusuhan di stadion olahraga maupun saat konser musik Rolling Stones, November 1969. Merekalah yang menjadi pionir modifikasi Harley-Davidson menjadi motor-motor seram.
Ada Outlaws yaitu kaum bikers yang mengusung moto: God Forgives, Outlaws Don’t. Artinya, Tuhan mau memaafkan, tetapi mereka tidak. Itulah bikers antihukum di Florida dan Carolina Utara, AS, pada tahun 1974-1984 membunuh 80 orang dengan motif yang tidak jelas. The Pagan adalah kelompok bikers yang mengklaim diri sebagai penganut setan pada tahun 1950-an. Pemimpinnya dijuluki ‘Satan’. Mereka menjadi bikers yang ditakuti dan hidup nomaden di New York alias memiliki markas yang berpindah-pindah. Tahun 1970, putra Satan yaitu Vernom ‘Satan’ Marron ‘naik tahta’. Marron sangat agresif yang membangun kesetiaan di antara anggota dengan menebar rasa takut. Anggota yang berkhianat dibenamkan hingga tewas di dalam drum oli. 
Di Houston, Amerika pada Maret 1966, diproklamasikan kelompok bikers Bandidos dipimpin Donald Eugene Chambers yang berambisi melumat hegemoni Hells Angels, Outlaws dan Pagans. Simbol perlawanan dilambangkan dalam karikatur kobi Meksiko gendut memegang golok dan pistol sebagai sindiran bahwa anggotanya tidak boleh lamban. Memasuki tahun 1970, Bandidos dalam waktu singkat berkembang merajalela di Amerika meliputi Texas sampai Lousiana dengan markas besar di Corpus Chisti, ujung Selatan Amerika. Unik, tahun 1978, Bandidos bekerja sama dengan Outlaws. Tujuannya jelas untuk memperkokoh jaringan perdagangan obat bius, senjata, prostitusi hingga diskotek. 
Jauh sebelumnya, tahun 1938, sudah ada even balap motor dan lomba ketangkasan bermotor, dengan peserta 19 pembalap di track sepanjang ½ mil di Sturgis, sebuah kota di Selatan Dakota, AS. JC ‘Pappy’ Hoel menjadi perintis Sturgis Bike Week (SBW), yang Agustus nanti genap 68 tahun. Atraksi adu jangkrik motor dengan mobil dihelat dengan hadiah US $ 500. Dari tahun ke tahun, peserta dan pengunjung pun bertambah. Even Sturgis yang kembali dihelat seusai perang dunia II, pada tahun 1965, tercatat 1000-an biker, meningkat jadi 10 ribu biker di tahun 1980-an, lalu bertengger di angka 633 ribu di ulang tahun ke-60. Fakta itu, dicatat sebagai pesta rally terbesar yang pernah digelar di bawah kolong langit ini. Berada di Sturgis ibarat Anda sudah sedang berada di surganya dunia motor. (MONTORKU, Edisi XIX). 
Patut diakui klub moge dan harleymania yang tumbuh dan berkembang di Amerika erat dengan kehidupan liar para gangster. Meski begitu HD menjadi ikon sukses produk Amerika yang dicintai beragam penduduk dunia. Bagaimana pertumbuhan club HD di Indonesia? Menurut perkiraan, di seluruh Indonesia kini ada sekitar 10.000 unit motor Harley-Davidson dari berbagai tipe. Penjualan HD di Indonesia sampai tahun 2003 saja bisa menembus angka 1.000 unit atau rata-rata 200 unit per tahun. HD diimpor dalam bentuk CKD (Complete Knock Down) dari AS melalui Singapura. Harganya akan lebih mahal bila dipesan dalam bentuk CBU (Complete Build Up) karena terkena pajak barang mewah sebesar 75%. Tipe terbaru yang ada di negeri ini diperkirakan hanya 500 unit, selebihnya motor Harley tua dan hasil modifikasi bercorak stock custom, custom, full custom, , chopper, extrem chopper, hard core, psycodelic, rat bike atau resto classic.
Harga HD baru maupun klasik, menurut ‘pemburu’ HD asal Belanda yang berdomisili di Bogor, Mr Thijs Roosjen Sweek (49), relatif sama di atas Rp 150-an juta. 
Menurut Sweek, jenis HD favorit Sportster Sport, Touring, VRSCA V-ROD, Dyna Glide, Fat Boy dan Heritage Springer Softail yang digemari para mantan pejabat militer. Berat motor bervariasi dari 230 kg sampai 377 kg. Sportster Sport yang ramping dengan sadel tunggal cocok bagi pemula atau ladies bikers. Harganya pun tergolong paling murah yakni Rp 157 juta dengan kapasitas mesin 883 cc. Model Touring FLHTC Electra Glide Classic ideal bagi kendaraan keluarga dengan kapasitas mesin 1450 cc dihargai Rp 340-an juta. Untuk model VRSCA V-ROD dengan kapasitas mesin 1130 cc mencapai Rp 367 juta. 

Dirintis Pensiunan Militer
Pada periode PD II (1940-1945), armada militer AS dan sekutunya di daratan Asia termasuk Indonesia menggunakan HD sebagai kendaraan operasi. Pada periode perang revolusi, Pemerintah Indonesia pun ikut-ikutan memborong HD untuk memperkuat sarana operasi militer dan kepolisian. Usai perang, banyak veteran perang,pensiunan militer dan polisi yang kepincut performa motor itu, dan ingin mengembalikan romantisme. Pada tahun 1958 bermunculan penggemar Harley-Davidson ex Perang Dunia II, yang kepemilikannya melalui Dum AD,AU dan Kepolisian. Saat itu pada umumnya pemilik H-D adalah pensiunan ABRI dan sedikit masyarakat sipil. Dari kalangan pensiunan militer inilah mulai bertumbuh klub-klub moge di Indonesia
Sebelum terbentuk HOG (Harley Owners Group) Jakarta Chapter pada 29/9/1998 oleh HD Motor Company Internasional, sudah ada klub-klub penggemar fanatik HD. Ikatan Harley Cirebon ( IHC ) didirikan pada 20 Mei 1958. Harley Club Bandung ( HCB ) didirikan 1960, Harley Club Djakarta ( HCD ) dibentuk 1963, lalu menyusul Harley Club Tasikmalaya ( HCT ), Harley Davison Club Bogor (HDCB), Harley Club Sukabumi ( HCS ) dan terus menyebar.
Seluruh pengda/klub se-Indonesia dalam pertemuan di Jakarta 23 – 27 Mei 1990 sepakat meleburkan diri dengan nama Harley Davidson Club Indonesia (HDCI). Ketua pertama Kol.Pol. Suherman dan Sekjen Indro Warkop. Lalu ada biker Hell Driver yang berbau sport dengan nama Ikatan Sport Harley-Davidson (ISHD) pada tahun 1968. Pada akhir April 2003, ISHD membuat atraksi heboh saat ultah MACI Lampung, yakni membawa 21 penumpang di atas HD WLA tua sehingga tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI).
Klub menjadi tempat para bikers berbagai pengetahuan maupun informasi soal perawatan, ajang temu kangen, saat refreshing, dan saling memperat tali persaudaraan lewat turing bersama, kegiatan bakti sosial. Jadi jangan berprasangka bikers tanah air itu serem, tidak berprikemanusiaan atau kehidupannya ‘penuh kabut hitam’. (Beny Uleander/KPO EDISI 103 APRIL 2006)

Beny Uleander

About Beny Uleander -

Beny Ule Ander, wartawan dan penulis di Denpasar, Bali. Kini fokus menulis potensi-potensi positif warga NTT diaspora di Bali yang bergabung dalam paguyuban Flobamora Bali.

Subscribe to this Blog via Email :