Selasa, Maret 28, 2006

Beny Uleander

Sebar Tawa Global, Tebar Wabah Bahagia

Resensi Buku
Judul : Laugh For No Reason (Terapi Tertawa)
Penulis : Dr Madan Katarina
Alih Bahasa : A Wiratno
Diterjemahkan & Diterbitkan: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit Perdana : 1999
Tebal : x + 278 + 29 bab

Saat ini banyak media massa, khususnya televisi, menyajikan acara hiburan yang mengocok perut. Dengan menghadirkan bintang komedi nasional, media mencoba memberikan hiburan bagi rakyat bangsa ini yang tengah ditempa beragam kesulitan. Tiap kali bintang komedi beraksi, tidak dapat ditahan gelak tawa pun keluar. Suasana pun berubah menjadi ceria seketika. Beban hidup seakan hilang entah ke mana.
Tawa yang memiliki banyak manfaat, seakan tersingkir oleh rutinitas keseharian manusia. Buku ini mencoba mengeksplorasi manfaat tawa yang saat ini banyak dilupakan banyak orang, sekaligus sebagai alternatif meningkatkan sistem imunitas agar terhindar dari berbagai penyakit. Gerakan tawa dalam pandangan, penulis Dr Madan Kataria –Guru Tertawa asal Mumbai, India- adalah sebuah ‘Kebijaksanaan Ilahi’ yang diterima setiap manusia. Oleh sebab itu, anugerah ini hendaknya dimanfaatkan dengan baik agar mampu mengambil manfaat yang dikandungnya. Tidak jarang orang-orang di kota-kota besar berusaha menahan tawa mereka untuk menjaga penampilan dan wibawa diri di hadapan orang lain. Sehingga mereka kehilangan manfaat dari tertawa.
Namun, samakah tawa dengan humor? Menurut Madan, tawa dan humor berjalan bersama, keduanya tidak dapat dipisahkan. Humor lebih halus dan merupakan kesadaran dan kemampuan seseorang untuk melihat sesuatu dengan cara yang lucu. Sedangkan tawa adalah salah satu ungkapan humor. Tawa dan humor memiliki hubungan kausalitas, humor adalah sebab dan tawa adalah akibatnya yang membawa perubahan fisiologis dan biokimia dalam tubuh (h.131).
Madan lebih menekankan tawa tanpa rangsangan humor, karena humor merupakan fenomena yang menuntut pemikiran dan kecerdasan. Sehingga tidak aneh, jika banyak orang mengaku tidak memiliki selera humor yang tinggi. Oleh sebab itu, mereka tidak bisa banyak tertawa karena tidak memiliki rasa humor.
Lelucon tidak membuat kita tertawa sepanjang hari dan rasa humor tidak dimiliki setiap orang. Lantas, bagaimana cara membuat kita tertawa? Madan telah mengembangkan teknik baru membuat tertawa, yaitu tawa berdasarkan yoga (Hasya Yoga). Yaitu dengan menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya seraya mengucapkan Ho-Ho, Ha-Ha dengan diikuti berbagai teknik merangsang tawa, seperti tawa bersemangat, tawa hening, tawa menengah, tawa singa dan sebagainya. Hal ini dilakukan setiap hari selama 15-20 menit dan terbukti dapat merangsang tawa tanpa mengunakan lelucon. Dengan tawa, hidup kita menjadi lebih indah, ceria dan terhindar dari sifat pemarah yang hanya menjerumuskan kita dalam sikap emosional dan tidak terkontrol. Selain itu, hubungan interpersonal pun lebih harmonis dan akrab dengan tertawa. Mulailah tertawa hooo..hooo…hooo, hiii.. hiii dan haaa…haaa!
KPO/EDISI 101 MARET 2006

Beny Uleander

About Beny Uleander -

Beny Ule Ander, wartawan dan penulis di Denpasar, Bali. Kini fokus menulis potensi-potensi positif warga NTT diaspora di Bali yang bergabung dalam paguyuban Flobamora Bali.

Subscribe to this Blog via Email :