Rabu, Desember 05, 2007

Beny Uleander

Mandiri VS Mandul

Berbagai pengamatan dan prediksi soal pertumbuhan dan perkembangan sosial, ekonomi, budaya, pendidikan, dan politik di tahun 2007 ini penuh dengan nada pesimis. Salah satu indikator pesimisme adalah angka pengangguran yang terus meningkat, banyak perusahaan yang bangkrut dan ditambah lagi dengan berbagai bencana alam dan kecelakaan transportasi laut, udara dan darat yang membuat hidup rakyat negeri ini bertambah susah. Apalagi di awal Januari, harga bahan-bahan kebutuhan pokok meningkat tanpa ada pengumuman kenaikan gaji PNS/TNI.
Di tengah beban hidup yang berat, publik dikejutkan dengan PP No 37 Tahun 2006 yang menaikkan berlipat-lipat pendapatan anggota DPR dari pusat sampai daerah. Bahkan, ada tunjangan tertentu yang bakal dirapel sejak Januari 2006. PP ini bisa menjadi awal hilangnya kepercayaan (trust) rakyat terhadap kepemimpinan SBY-JK. Apalagi pemerintah dinilai tidak tegas soal penanganan kasus Lumpur Lapindo maupun mengumumkan secara transparan perusahaan maskapai penerbangan yang tidak memenuhi standar kelayakan terbang dan jasa angkutan laut yang tidak pantas beroperasi lagi. Ada kesan berbagai ‘lubang eksploitasi’ keuntungan korporat tertentu dibiarkan para elite politik dan birokrat meski harus mengorbankan harta benda dan jiwa rakyat. Di sudut kesadaran ini, kita bisa menyimpulkan bahwa cepat atau lambat, rakyat yang terus-menerus dijadikan tumbal pada akhirnya ‘memberontak’ atau menuntut kembali mandat yang telah mereka berikan kepada pemerintahan terpilih.
Laotze, pemikir bijaksana dari Tiongkok, sudah mengingatkan para penguasa bahwa rakyat hanya butuh perut mereka kenyang. Dengan kata lain, kesejahteraan masyarakat menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah pemerintahan mengelola sebuah negara (state). Ketika rakyat miskin terus bertambah, pengangguran kian meningkat, bencana demi bencana terus menghujam negeri ini, masih adakah harapan mengalirnya kesejahteraan hidup bagi rakyat? Jawaban yang tepat bahwa sepedih apapun situasi negeri ini, masa depan bangsa ada di tangan rakyat bukan dalam genggaman oknum penguasa ataupun elite politik.
Secara ekonomi telah terbukti bahwa perguliran dan perputaran uang di tingkat nasional ditopang oleh geliat usaha kecil alias mikro yang dirintis masyarakat dengan susah payah tanpa suntikan modal dari pemerintah, bank atau lembaga perkreditan lainnya.
Pilihan menjadi wirausaha menjadi solusi tepat mengatasi badai pengangguran dan kemiskinan. Rakyat kecil hina dina tidak bisa menggantungkan nasib hidup mereka sepenuhnya kepada program-program pembangunan pemerintah. Sebab selama ini, berbagai catatan kebijakan pemerintah dalam upaya memacu pertumbuhan usaha kecil menengah hanya menguntungkan segelintir usahawan saja. Bahkan, banyak di antaranya adalah proyek prestisius yang disebarluaskan media massa tetapi tidak membawa dampak kesejahteraan bagi khalayak negeri ini.
Karena itu, rakyat negeri ini terus dipacu untuk membangun hidup mandiri agar tidak menjadi generasi yang mandul tanpa kreatifitas. Di sini peran media massa amat vital, bagaimana memacu, memotivasi dan mengarahkan masyarakat untuk mengasah kemampuan agar mandiri secara ekonomi dengan berwirausaha.
Dunia wirausaha adalah dunia yang penuh dengan iklim kompetisi amat ketat. Kerja keras, ketekunan, kejujuran, semangat, keyakinan diri dan keuletan adalah modal maya untuk memajukan bangsa ini. Sejarah telah mencatat bahwa beberapa usahawan muda Indonesia mampu mensejajarkan produk mereka dengan produk luar negeri.
Satu hal yang perlu ditekankan bahwa awal berbisnis bukanlah jumlah modal yang menjadi patokan utama tetapi kegigihan untuk merintis usaha dari nol di bidang pangan, sandang, papan maupun hiburan. Seseorang tidak mungkin sukses dalam waktu sekejap. Perlu proses panjang untuk menjadi sukses.
Dalam buku Dalil Ilmu Pikiran & Pernapasan (2007) disebutkan bahwa kesuksesan di dunia usaha terletak kepiawaian seseorang mengelola kekuatan pikiran bawah sadar yang bekerja selama 24 jam. Pikiran bawah sadar merupakan salah satu kekuatan alam di dalam otak yang terpendam. Banyak usaha besar lahir dari kekuatan pikiran bawah sadar. Pikiran yang terkonsentrasi pada suatu bidang usaha tertentu mampu menggerakan orang untuk mencapai tujuan usahanya. Pikiran bawah sadar akan memberikan informasi dan menuntun pikiran sadar dan tubuh anda untuk mencapai tujuan secara terus-menerus, selama 24 jam sehari, setiap detik.
Kita berharap, pemerintahan berkembang menuju penyelenggara administrasi publik. Tugasnya menganyomi berbagai usaha produktif yang tumbuh subur di tengah masyarakat. Inilah optimisme dan kesadaran yang perlu dicicil selama tahun 2007 ini. Pemerintah menjadi pendamping bagaimana mengupayakan sebuah usaha menjadi bankable, mengantongi izin usaha dengan mudah dan bebas pungutan liar di jalur birokrasi. Besar harapan kita agar pemerintahan SBY-JK segera menghapus PP No 37 Tahun 2006 jika tidak ingin dituding sebagai ‘perampok’ uang rakyat. Dana tersebut (pungutan pajak) diarahkan untuk memperbaiki fasilitas publik termasuk membaharui sistem transportasi yang berorientasi pada keselamatan penumpang (rakyat). Keseriusan pemerintah memperhatikan aspek ini adalah tanda keberpihakan kepada rakyat. Dan, rakyat pun semakin tenang dalam membangun bidang usaha mereka. (Beny Uleander/KPO EDISI 120)

Beny Uleander

About Beny Uleander -

Beny Ule Ander, wartawan dan penulis di Denpasar, Bali. Kini fokus menulis potensi-potensi positif warga NTT diaspora di Bali yang bergabung dalam paguyuban Flobamora Bali.

Subscribe to this Blog via Email :