Tanjung Benoa yang tenang dan sepi, Rabu siang (12/10), pukul 13.45 Wita, jauh dari hiruk-pikuk peringatan massal Bom Bali I di Kuta dan Renon, Denpasar, menjadi saksi bisu ‘turunnya 50 bidadari cantik menawan dari khayangan’ di pantai berpasir putih itu.
Orang nomor satu Bali, Drs I Dewa Made Beratha bersama isteri didampingi owner Grand Mirage Resort, Lindratini turut mengantar 50 Miss Chinese Cosmos Pageant (MCCP) 2005 sampai di bibir pantai kala menumpang 30 jukung yang ‘melaut’ sekitar 1 km dari garis pantai untuk melepas 50 ekor penyu.
Jukung dengan layar terkembang ditumpangi dua peserta semifinal MCCP berlayar pelan ke laut lepas. Sementara di atas langit yang cerah, seekor burung Garuda raksasa (layangan khas
Sungguh, sebuah perbauran alami antara aura kecantikan batin dan pesona keindahan pantai yang kian mempertegas cita rasa Bali sebagai Taman Surga yang tak perlu lagi berduka dengan musibah Bom Bali II.
Sementara tiupan angin pantai mengibas lembut rambut para ‘Bidadari Tionghoa’ yang terurai panjang. Alam pun seakan ikut menyapa mesra kehadiran para dara jelita bertubuh langsing dibalut kulit putih mulus mengenakan ‘you can see’ dan kain pantai yang seksi.
Lindratini, owner Mirage Resort Bali tersenyum bangga dimintai komentar soal agenda pelestarian lingkungan yang mulai rutin digelar hotelnya. “Kami tawarkan agenda ini kepada para tamu yang peduli dengan pelestarian lingkungan. Ini program mempromosikan Bali kepada para tamu yang mau mengadakan acara di
Sejurus kemudian, 50 Miss Chinese yang kembali ke gubuk alang-alang di tepi pantai itu dikejutkan dengan kunjungan 100 siswa/wi kelas V dan VI SD 2 Tanjung Benoa yang mengenakan celana/rok merah berbaju putih membawa bendera merah putih dari kertas minyak sebagai lambing kehangatan dan keramahan anak bangsa yang sempat terdistorsi dengan segelintir teroris gila.
Lantas, para Bidadari Tionghoa dihadiahi bendera merah putih. Masing-masing Miss Chinese menggandeng seorang siswa dan siswi berjalan menuju tenda lain untuk berdiskusi perlunya melawan peredaran narkoba sejak dini dan kampanye Indonesia Bersatu. (Beny Uleander/KPO EDISI 91/NOVEMBER 2005)