Rabu, Oktober 12, 2005

Beny Uleander

Amrozi Tinggalkan Bali Yang Sedang Menangis

Jangan tinggalkan Bali selagi aku menangis. Walaupun darah telah membasahi bumi Bali, kembalikanlah Baliku. Bagi Anda yang mencintai, tinggal dan menghidupi Bali, mari kita mendorong pemerintah segera melakukan eksekusi mati Amrozi cs. Jangan bertindak anarkis. Mari kita menjaga Bali”.

Demikian isi SMS (short message service) yang beredar di antara masyarakat Bali, khususnya Denpasar dan Badung disertai ajakan melakukan aksi demo menuntut ekesekusi terpidana mati Amrozi cs. SMS gelap tersebut memang efektif mengumpulkan ratusan massa yang terkonsentrasi di depan Pengadilan Negeri Denpasar dan LP Kerobokan,Kuta.

Massa yang mendatangi LP Kerobokan sejak 14.00 WITA, Rabu (12/10) menyebabkan ruas jalan antara Legian-Petitenget dan Malboro sempat macet. Massa yang sulit teridentifikasi itu terus meneriakan yel-yel agar para pelaku peledakan Bom Bali I pada 12 Oktober 2002, Amrozi cs yang sudah diungsikan ke LP Nusakambangan, Cilacap, segera dihukum mati di Bali.

Massa umumnya mengenakan pakaian adat Bali terus membludak merangsek maju ke halaman depan lapas tersebut. Akibatnya, atap dan tembok pintu gerbang LP Kerobokan sepanjang 20 meter dirobohkan massa. Sementara ratusan polisi bersiaga di depan lapas tersebut.

Setelah melalui dialog yang alot, Kalapas LP Kerobokan Drs Bromo Setyono, BCIP didampangi Kapolres Badung, AKBP I Nyoman Gede Sujarna menerima perwakilan massa yaitu Made Adnyana, Ketut Dompu, Wayan Pusnadi dan Nyoman Sunada. Keempat wakil massa ini menyampaikan dua aspirasi. Pertama, segera eksekusi terpidana Amrozi dkk di Bali. Kedua, masyarakat ingin tahu kapan eksekusi dilaknasakan.

Setyono berjanji akan menyampaikan aspirasi masyarakat Bali ini kepada instansi terkait. “Pemindahan Amrozi cs itu permintaan atas dengan alasan keamanan. Saya hanya unit pelaksana. Pemindahan itu hanya sementara. Kalau sudah aman mereka tentunya akan dikembalikan ke Bali,” jelasnya.

Menurut Kabid Humas Polda Pola Kombes AS Reniban, pihaknya mengerahkan satu peleton polisi dalmas dan satu peleton brimob. Meski begitu, Reniban mengeluhkan aksi massa tersebut yang dinilainya tidak dewasa dan bertanggung-jawab. “Memang kami menilai aksi ini murni sebagai aspirasi masyarakat Bali. Tapi sayangnya ini digerakan oleh SMS yang beredar di masyarakat. Seharusnya ada yang bertanggung jawab sehingga kepolisian dihubungi sebelumnya,” keluh Reniban yang mengaku pada peringatan tiga tahun bom Bali I ini, aparat kepolisian sangat sibuk.

Meski begitu, papar Reniban, pihak kepolisian tidak akan mencari atau menangkap para dalangnya. “Tidak ada penyelidikan atau penangkapan,” ujarnya dengan wajah kelelahan usai berakhirnya aksi demo pada pukul 18.45 Wita di halaman depan Lapas Kerobokan.

Pihak keamanan rupanya sudah mencium secara dini bakal adanya demo besar-besaran pada peringatan tiga tahun bom Legian Kuta di Lapas Kerobokan yang dihuni para pelaku peledakan bom Bali I. Buktinya, demi keamanan, Amrozi cs segera dipindahkan ke Nusakambangan. Aksi ledakan bom di Jimbaran dan Kuta Square awal Oktober itu menjadi pemicu bangkit kembali perasaan traumatis bagi warga Bali. Ibarat luka lama yang belum sembuh kembali berdarah. Itulah situasi yang dirasakan penghuni Pulau Dewata yang menyandarkan detak nadi ekonomi pada sektor pariwisata. Demikian pendapat Dewa Putu Sudarsana (35) salah satu warga yang ikut dalam aksi demo tersebut.

“Kami kecewa kenapa sampai sekarang Amrozi cs belum dieksekusi. Padahal grasinya sudah ditolak presiden. Kenapa nyawa seorang Amrozi begitu dilindung padahal akibat perbuatan biadab mereka 202 orang meninggal,” tandas Putu yang berhenti berkarir sebagai GM sebuah hotel di Ubud paska bom Bali I. (Beny Uleander/KPO EDISI 91/ OKTOBER 2005)

Beny Uleander

About Beny Uleander -

Beny Ule Ander, wartawan dan penulis di Denpasar, Bali. Kini fokus menulis potensi-potensi positif warga NTT diaspora di Bali yang bergabung dalam paguyuban Flobamora Bali.

Subscribe to this Blog via Email :