Kamis, Juli 12, 2012

Beny Uleander

Pesona Raga: Akrobat Seni Dan Kekejaman Nasib


Kejenuhan menyambangi hari-hariku. Tak ada rasa stres. Tiada keinginan mengubur agenda kerja. Tubuh latahku hanya ingin diam terpekur di sini. Menatap parade raga manusia di Pulau Dewata. Ada pentas keindahan, tergambar derap adu nyali, dan di Pantai Kuta, kita melihat dunia yang lain. Ya …sekelompok manusia yang memanjakan raga mereka.
Sedangkan di pojok kota, nasib tak beruntung melilit pak tua. Hidup dari belaskasihan warga kota. Tangannya terbuka menengadah dengan sejumput doa memohon rejeki. Entah bagaimana ia memandang hidupnya, saya tidak tahu. Yang pasti…jantungnya terus berdetak merasakan denyut nurani yang tak pernah mati dilindas roda jaman.
Saya hanya ingin menatap raga manusia dalam keindahan dan kerapuhannya. Semuanya kutemui di sela-sela gerak aktivitas. Untuk sesaat kuingin menyajikan di blog ini. Cuma ingin menatap parade akrobatik tubuh manusia dengan gegap gempita aktivitas.
Aku bukan mengusir kejenuhan di sini…Apalagi ingin menertawakan keretakan hidup yang terkapling dalam keindahan atau eksploitasi, kekayaan atau kemalangan….
Tapi aku ingin mengatakan….Tuhan kehidupan itu indah dan tragis….


Indah…..karena kehadiranmu mengindahkan waktuku

Tragis ….karena pesona kecantikan tak bisa mengusir kejenuhan.

Hanya dentang kesepian ditingkahi hasrat syukur yang mendorong setiap insan untuk terus berbagi kebahagiaan.
Sementara luka dan duka tak bisa dijadi kado bagi sesama, kecuali menjadi arsip yang tersamai rapi di pahatan jiwa yang tabah.

Kita terus menatap matahari bukan melihat terang kehidupan.
Kita memandang rembulan bukan untuk menumbuhkan sayap agar kita terbang menggapai angkasa.

Ada keajaiban yang diwartakan dari bola mata….
Pernahkah kita melihat buluh mata….????
Ya Dia Yang Agung begitu dekat dengan kita melebihi buluh mata kita. DIA memeluk hangat dan memangku kita dalam bara kerinduan ilahi yang tak pernah terbalaskan oleh laku tapa dan jasa amal.

Semua karya hanyalah guratan tangan di pasir pantai
Akan sirna ditelan waktu…yang tertinggal hanyalah pesan keabadian.
Manusia akan terus tersesat saat raga dilepaspisahkan dari jiwa….
Entah sampai kapan.... raga kita kembali memeluk jiwa yang nelangsa...

Beny Uleander

About Beny Uleander -

Beny Ule Ander, wartawan dan penulis di Denpasar, Bali. Kini fokus menulis potensi-potensi positif warga NTT diaspora di Bali yang bergabung dalam paguyuban Flobamora Bali.

Subscribe to this Blog via Email :