Rabu, Desember 05, 2007

Beny Uleander

Bencana Kemanusiaan Terkini

Indonesia bisa disebut sebagai salah satu negara yang nasibnya paling tragis di dunia. Bukan hanya karena bencana yang datang silih berganti dan telah merenggut nyawa ratusan ribu orang, melainkan oleh kemiskinan massal yang dialami mayoritas rakyat di tengah kekayaan sumber daya alamnya. Fakta kemiskinan merupakan bencana kemanusiaan di negeri gemah ripah loh jinawi ini.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2006 menyatakan bahwa hampir 6 juta penduduk Indonesia tidak memiliki rumah, 16 - 17 ribu penduduk tinggal di rumah yang tidak layak huni, lebih dari 50 % penduduk kita juga tidak memiliki akses terhadap air bersih, lebih dari 25% balita kekurangan gizi, buta huruf mencapai 9,55% atau 14,7 juta orang --kalah dari negara komunis Kuba yang sudah bebas buta huruf.
Jumlah pengangguran pun hingga kini telah mencapai 40 juta orang. Itu artinya sekitar 25 % angkatan kerja kita menganggur. Dari tahun ke tahun, angka ini terus meningkat, yakni sekitar 8,1% pada tahun 2001, 9,86% pada tahun 2004, 10,9 % pada tahun 2005. Jumlah orang miskin sudah mencapai 51,2 juta jiwa (23,05%) dari total penduduk sekitar 222,1 juta jiwa. Angka tersebut bisa terus bertambah hingga 62 juta orang pada tahun 2006-2007. Bahkan, Bank Dunia --salah satu lembaga imperialis yang mengontrol kebijakan Indonesia terutama lewat ‘pinjaman’ menyebutkan bahwa berdasarkan tingkat pendapatan $2/hari (±Rp. 19.000/hari), terdapat sebanyak 110 juta jumlah rakyat miskin di Indonesia. Jumlah ini setara dengan 48,8 % dari jumlah penduduk Indonesia.
Fakta kemiskinan bertolak belakang dengan kekayaan potensi sumber daya alam seperti kelautan di Indonesia juga masih besar. Dengan luas perairan diperkirakan sebesar 5.8 juta km2 dengan garis pantai terpanjang di dunia sebesar 81.000 km, gugusan pulau-pulau sebanyak 17.508 buah memiliki potensi ikan yang diperkirakan terdapat sebanyak 6.26 juta ton per tahun yang dapat dikelola secara lestari dengan rincian sebanyak 4.4 juta ton dapat ditangkap di perairan Indonesia dan 1.86 juta ton dapat diperoleh dari perairan ZEEI. Belum lagi dari kekayaan jenis terumbu karang dan ikan yang luar biasa, termasuk 97 jenis ikan karang yang hanya hidup di perairan laut Indonesia.
Dalam pertemuan “Defying Ocean’s End” di Mexico, Juni 2006, yang juga dihadiri Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi, telah diakui bahwa Kepulauan Indonesia merupakan salah satu pusat kekayaan karang dan ikan di dunia. Tentang tumbuhan, kekayaan Indonesia juga tidak diragukan sebagai lima besar negara terkaya dengan lebih dari 38.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi alias tumbuhan yang memiliki akar-batang-daun yang jelas dapat dibedakan. Dengan 477 jenis dan 225 di antaranya endemik, Indonesia memimpin dalam kepemilikan jumlah jenis palem di dunia.
Di bidang pertambangan dan hasil bumi, Indonesia mempunyai sumber daya alam yang besar di luar Jawa, termasuk minyak mentah, gas alam, timah, tembaga dan emas. Indonesia adalah pengekspor gas alam terbesar kedua di dunia, meski akhir-akhir ini ia telah mulai menjadi pengimpor bersih minyak mentah. Hasil pertanian yang utama termasuk beras, teh, kopi, rempah-rempah dan karet.
Meski kaya akan sumber daya alam (baca: potensi ekonomi) dan manusia, Indonesia masih menghadapi masalah besar dalam bidang kemiskinan yang telah menjadi bencana kemanusiaan dan sebagian besar disebabkan korupsi yang merajalela dalam pemerintah. Pemerintah sebagai pengayom masyarakat harus segera memberikan solusi terhadap masalah bangsa ini. Misalkan kontribusi dari zakat (2,5% dari hasil penghasilan yang telah mencapai batas minimal 1,8 juta) dan gerakan infak (sumbangan sukarela) yang dikoordinir oleh lembaga amal zakat setempat.
Diperlukan juga komitmen yang tegas dari pemerintah untuk memelihara fakir miskin, gelandangan dan anak yatim sesuai pasal 34 UUD 1945. Jika ada penggusuran atau relokasi pedagang kaki lima (PKL) atau perkampungan kumuh yang merusak keindahan tata ruang kota, mestinya pemerintah juga harus menyiapkan tempat khusus sebagai pengganti penggusuran karena mereka juga memiliki hak yang sama dalam memperoleh tempat tinggal dan penghidupan yang layak. (Beny Uleander/KPO EDISI 125)

Beny Uleander

About Beny Uleander -

Beny Ule Ander, wartawan dan penulis di Denpasar, Bali. Kini fokus menulis potensi-potensi positif warga NTT diaspora di Bali yang bergabung dalam paguyuban Flobamora Bali.

Subscribe to this Blog via Email :

2 komentar

Write komentar
Anonim
AUTHOR
Selasa, Mei 06, 2008 delete

Saat kecil saya disekolah menyanyikan lagu Indonesia Raya, entah kenapa selalu saja mata saya berair (basah).

Setelah dewasa, saya baru bisa melihat, ternyata Indonesia sekarang ini sangat menyedihkan, tetapi sebagai WNI saya harus bertindak dan bersumbangsih.

Kami telah bekerjasama dengan sebuah perusahaan di Malaysia yang telah bermitra dengan pemerintah Malaysia untuk program PENGENTASAN KEMISKINAN. Dan kami telah buat sebuah Program yang diberi nama FREEDOM EXPRESS! untuk membantu banyak orang dalam meraih keBEBASan FINANSIAL dan WAKTU dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Kunjungi website kami di http://www.GoGetFreedom.com

Terima Kasih

Reply
avatar
Beny Uleander
AUTHOR
Rabu, Mei 07, 2008 delete

Pak Johan terima kasih sudah bertandang ke blog sederhana ini. Semoga usaha dan karya yang telah Anda rintis berbuah sukses dan berguna bagi banyak orang. Terima kasih. Salam sukses
Terima kasih

Reply
avatar