Kamis, Juni 15, 2006

Beny Uleander

Pasar Konsumen

Lalu lintas pemahaman ilmu marketing terus berkembang dan diperkaya terus dengan temuan gagasan teoretis dan trend pasar yang dinamis. Contohnya, pemahaman konsep pasar tidak lagi dipatok pada sebuah tempat, terjadi transaksi jual beli produk atau jasa dan adanya permintaan pembeli dan penawaran penjual.
Pasar telah menjelma menjadi hutan rimba yang ganas. Di rimba maha lebat, ada pertarungan bisnis, gemerisik kompetisi antar perusahaan memasarkan produknya, dentingan produksi produk yang meluber melebihi jumlah konsumen dan strategi membentuk citra untuk menjinakan konsumen yang telah dititahkan sebagai raja hutan.
Ketika konsumen membeli sebuah produk untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya maka di sana tercipta ‘pasar konsumen’. Saat produk yang dibeli siap diolah lagi untuk dijual kembali maka disebut karakteristik ‘pasar produsen’. Kala produk dibeli untuk dipasarkan lagi dengan selisih harga maka itu adalah ciri ‘pasar pedagang’.
Di celah ini kita bisa memotret potensi budidaya anggrek di Indonesia yang kini mulai menggeliat merekayasa ‘pasar konsumen’, menembus ‘pasar produsen’ dan para distributor anggrek telah membangun ‘pasar pedagang’.
Indonesia menyimpan sejumlah potensi kekayaan, baik kekayaan alam maupun kekayaan sumber daya manusia. Dari sumber daya alam, Indonesia termasuk dalam wilayah tropis yang bisa memungkinkan tumbuhnya berbagai tanaman atau pohon-pohon. Penelitian para ilmuwan menunjukkan bahwa dari 40000 spesies yang ada di bumi, ada 30000 spesies yang ada atau bertumbuh di Indonesia. Semua spesies tumbuhan ini bisa memberikan nilai guna bagi manusia, asalkan manusia Indonesia bisa mengelolanya. Berbagai jenis tumbuhan ini dapat menjadi sumber makanan, obat-obatan, kosmetik, tanaman hias atau diolah menjadi berbagai produk turunan.
Pertanyaan yang muncul adalah sudah berapa persenkah ribuan spesies yang ada telah diolah sehingga bisa bermanfaat dan memiliki nilai ekonomis yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan hidup orang Indonesia? Bila secara prosentase tidak seimbang, apa faktor penyebabnya, apa kendalanya? Bisa dibayangkan bahwa cukup dengan 50% dari semua kekayaan yang ada bisa dikelolah secara optimal maka Indonesia akan tampil setara dengan negara-negara industri yang kaya dalam segala bidang kehidupan. Ironisnya, Indonesia ibarat tikus mati kelaparan dalam karung beras. Indonesia masih terus menjadi negara miskin dalam kegelimangan kekayaan alam yang berlimpah ruah.
Salah satu kekayaan spesies yang belum menjadi perhatian serius dari berbagai pihak adalah anggrek. Letak Indonesia pada daerah tropis, memungkinkan untuk spesies yang satu ini bertumbuh dengan subur. Tidak heran jika Indonesia dikenal dengan negeri kaya anggrek karena spesies anggrek terbanyak ada dan tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Ada 5000 spesies anggrek yang bertumbuh di Indonesia. Hanya sebagian kecil spesies ini yang berhasil dibudidayakan, dikawin-silangkan, sehingga menghasilkan bibit unggul dengan kualitas tinggi.
Sebagai bunga, anggrek memiliki keunggulan tersendiri. Warnanya beragam, keindahannya mempesonakan mata setiap orang yang melihatnya, baunya harum semerbak. Bahkan, kembangnya paling bertahan dalam tempo yang cukup lama, bisa berhari-hari, berminggu-minggu dan ada beberapa jenis yang bisa bertahan berbulan-bulan. Keragaman warna, keindahan, keharuman serta ketahanannya menyebabkan anggrek menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap orang yang mencintai keindahan. Keunggulan anggrek seperti ini bisa dikembangkan menjadi produk bisnis yang mendatangkan keuntungan.
Sayangnya, potensi terpendam ini sangat terlambat dikembangkan di Indonesia. Sejak abad lalu, anggrek-anggrek unggul Indonesia telah diambil dan dibawa keluar negeri baik secara legal maupun ilegal, terutama oleh para penjajah. Di sana, anggrek tersebut dikawin-silangkan sehingga menghasilkan bibit unggul dan dijual dengan harga yang mahal serta menguasai pasar anggrek internasional. Baru pada tahun 1970-an, kesadaran akan budidaya anggrek mulai muncul, yang dipelopori oleh almarhumah Ibu Tien Soeharto, dan berhasil membangun jaringan kerja sama dengan Singapura dalam usaha kawin silang anggrek dari Indonesia. Sejak saat itu, mulai bermunculan para petani, pengusaha, pemasok anggrek yang tersebar hampir di seluruh wilayah nusantara, tetapi masih dalam skala kecil-kecilan.
Geliat bisnis anggrek mulai tampak sejak 10 tahun terakhir, dengan keyakinan bahwa anggrek dapat menjadi lahan alternatif pendapatan, mata pencaharian, membuka lapangan kerja bagi para pengangguran. Kebutuhan akan anggrek kini seakan menjadi kebutuhan pokok. Setangkai anggrek bisa dijual dengan harga ratusan ribu. Bisnis anggrek kini bukan monopoli kelompok tertentu, tetapi milik semua orang mulai dari petani kecil sampai konglomerat. Daya pikat anggrek serta peluang bisnis yang ada telah membius banyak orang untuk terjun langsung dalam usaha anggrek. Diharapkan, perkembangan usaha anggrek Indonesia mampu membawa keunggulan anggrek Indonesia dalam bursa anggrek internasional, serta mampu menduniakan anggrek Indonesia.
Sejumput harapan terkembang mekar di rahim hati. Kesadaran akan potensi ekonomis dalam budidaya anggrek telah merambah berbagai kota. Lihat kini ada pengusaha yang membuka show room anggrek, ada lahan anggrek yang dijadikan arena wisata yang mampu memikat para wisatawan nusantara maupun mancanegara dan event pameran anggrek di Bali telah masuk dalam kalender insan pariwisata. Kita menanti dan terus berharap, mereka yang kehilangan pekerjaan kini bisa menjadikan bisnis anggrek sebagai salah satu alternatif menderek ekonomi rumah tangga. Kita pun menanti kiprah investor untuk mengembangkan anggrek Indonesia. Tak lupa pula secercah himbauan agar pemerintah dan pihak keimigrasian kian tegas ‘melawan dan memberantas’ para penyelundup anggrek illegal ke luar negeri. Investasi dan proteksi menjadi pendulum menduniakan anggrek Indonesia. KPO/EDISI 108 JUNI 2006

Beny Uleander

About Beny Uleander -

Beny Ule Ander, wartawan dan penulis di Denpasar, Bali. Kini fokus menulis potensi-potensi positif warga NTT diaspora di Bali yang bergabung dalam paguyuban Flobamora Bali.

Subscribe to this Blog via Email :