Selasa, Maret 28, 2006

Beny Uleander

Tertawa Sebagai Obor Perdamaian Dunia

Kompetisi teknologi perang saat ini, kian memperuncing hubungan antar negara yang pernah terkoyak selama Perang Dunia I dan II. Fenomena tersebut diperpuruk dengan ketidakharmonisan antara Timur dan Barat, justru sangat potensial untuk melecut lagi perang. Tidak adakah cela lain, selain perang. Mungkinkah power tawa dan senyum bisa mencairkan suasana hati para petinggi yang sedang memegang tampuk komando? Ya, semua tetap diselimuti teka-teki. Tapi realita di simpang situasi yang tak menentu, bisa saja berujung dengan dan dalam tawa serta senyum, jika semua nurani para desision maker tersemai benih tertawa dan atau minimal tersenyum.
Siang itu, 11 Januari 1998. Lapangan yang biasa dijadikan arena pacuan kuda di Mahalaxmi, Mumbai, India sontak berbeda. Tidak ada suara derap kaki kuda yang terdengar dengan sambutan aplaus meriah. Suasana tampak sangat berbeda. Pun tidak ada erangan orang-orang yang kalah dan tawa ceria dari para pemenang lomba pacuan kuda. Yang terdengar justru gema tawa ria penuh bahagia yang menghiasi setiap raut muka ribuan orang dari berbagai penjuru India. Mereka berpakaian serba putih dengan topi berlogo TAWA dan memegang spanduk warna-warni menyunggingkan senyum seakan menyapa hamparan laut Arab di Worli Seaface.
Itulah perayaan hari tawa sedunia pertama yang dihadiri lebih dari 12.700 anggota yang terhimpun dari ragam Klub Tawa se-India. Dengan mengusung aneka plakat tertulis Perdamaian Dunia Melalui Tawa, Bergabunglah Dengan Klub Tawa, Gratis, dan sebagainya, mereka menyerukan Pawai Perdamaian sepanjang 4 km. Semua peserta penuh semangat menyampaikan pesan ke seantero dunia bahwa tawa bisa mencerahkan pikiran, meningkatkan semangat, memperbaiki kesehatan, menambah kesejahteraan, mendekatkan dan menyatukan setiap insan manusia.
Klub Tawa yang dirintis Madan Kataria, 13 Maret 1995 di sebuah taman kota Mumbai (Bombay) India, awalnya cuma lima orang anggota. Tidak diduga, hingga kini, gema klub tawa ini sudah menjadi sebuah gerakan damai yang pantas dilakukan hingga ke ujung-ujung dunia. Lebih dari 800 klub tersebar di seluruh penjuru dunia seperti India, AS, Australia, Jerman, Swedia, Norwegian, Denmark, Italia, Singapura dan Dubai.
Perayaan Hari Tawa pun terus digelar setiap tahun. Adalah Jan Thygesen Poulsen, seorang pemuda dinamis dari Copenhagen berinisiatif merayakan hari Tawa sedunia pada Januari 2000. Ia pun berhasil mencetak sejarah tawa dengan mengumpulkan hampir 10.000 orang di Town Hall Square, 9 Januari 2000. Kendati cuaca dingin, ribuan orang datang dan terhanyut dalam sesi tawa. Tidak heran bila peristiwa tersebut dicatat sebagai sebuah momen yang pantas diabadikan dalam Rekor Guiness Book.
Karena kondisi udara yang sangat dingin di sebagian besar negara Barat pada Januari, Klub Tawa Internasional memutuskan Minggu pertama bulan Mei sebagai Hari Tawa Sedunia (WLD: World Laughter Day). Pada tahun 2001, Hari Tawa Sedunia dirayakan di seluruh dunia. Di Bangalore, hampir 2000 orang berkumpul dekat gedung Pengadilan Tinggi. Di Puna, 800 anggota klub tawa gelar pawai sambil membawa spanduk Perdamaian Dunia bernada dasar tertawa.
Adapun di Baroda, India, perayaan Hari Tawa melibatkan 125 polisi bersama 100 anggota Klub Tawa lokal atas inisiatif Keshaf Kumar, Superintenden Polisi di Baroda. Di Copenhagen, Denmark, lebih dari 5000 orang berkumpul di Town Hall Square merayakan Hari Tawa sedunia. Hal serupa terjadi di New York, AS yang dihadiri 200 orang dari segala umur, suku, ras dan kebangsaan. Sementara di Berlin, Jerman, lebih dari 4000 orang berkumpul untuk merayakan Hari Tawa itu. Jika Klub Tawa bisa dibentuk di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, bisa saja rajutan hati yang penuh iri, curiga, tegang, dengki, dongkol dan terkesan terus saling menyalahkan, bisa berubah menjadi suasana yang penuh persaudaraan dan persatuan. Tertawa melahirkan perdamaian.
KPO/EDISI 101 MARET 2006

Beny Uleander

About Beny Uleander -

Beny Ule Ander, wartawan dan penulis di Denpasar, Bali. Kini fokus menulis potensi-potensi positif warga NTT diaspora di Bali yang bergabung dalam paguyuban Flobamora Bali.

Subscribe to this Blog via Email :