Yayasan Gaya Dewata
Belasan piala dari berbagai kejuaraan seperti Dance Competition, Volly Pantai dan lain-lain tertata rapi di atas meja di sudut ruang tamu Yayasan Gaya Dewata yang terletak di jalan Suli, Denpasar. Hebat, itulah kata-kata yang keluar dari bibir kita melihat perjuangan anggota Yayasan Gaya Dewata yang notabenenya adalah gay, waria, dan lesbian. Meski banyak cemoohan masyarakat melihat keanehan seksual yang dimiliki, namun tak mengurungkan niat seluruh keluarga yayasan Gaya Dewata untuk terus berprestasi dan berkarya untuk diri, masyarakat dan negara.
Yang lebih membanggakan lagi adalah keberhasilan mereka meraih piala bergilir Turnamen Bola Volly & Miss Waria Se-Indoensia, Juara I, Smash Terbaik, Serven Terbaik di Turnamen Bola Volly Waria Tingkat Nasional, dan juara Foto Genic dalam pemilihan Miss Waria di Jakarta bulan Juni lalu. Kebanggaan pun terpancar di wajah Ketut Yasa Jaya, Direktur Program Yayasan Gaya Dewata saat ditanya mengenai prestasi yang diraih teman-teman satu yayasannya. ‘’Sudah banyak prestasi yang kita raih, dan baru-baru ini kita berhasil meraih
Namun ia menegaskan bahwa pendirian Yayasan Gaya Dewata bukan hanya untuk meraih prestasi di kancah nasional. Lebih dari itu, Gaya Dewata memiliki misi sosial yang bergerak dalam bidang kesehatan khususnya program terpadu penanggulangan HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS). Yayasan yang sebelumnya berbentuk organisasi sejak tahun 1992 dan mulai memisahkan diri sebagai sebuah yayasan pada tanggal 29 Desember 1999, kini beranggotakan 51 relawan yang bertugas menyebarluaskan informasi mengenai perilaku seksual yang aman terutama bagi kelompok homoseksual dan biseksual, serta kepada masyarakat luas.
Penyebaran informasi mengenai berhubungan seksual yang aman biasa mereka lakukan mulai dari lingkup terkeil yakni pergaulan disekitar mereka. Tapi tidak menutup kemungkinan juga waria tampil di depan umum menjadi pembicara dalam sebuah sosialisasi. Diakui, kepedulian kaum gay dan waria terhadap kesehatan diri sudah semakin meningkat dengan melakukan pemeriksaan ke dokter dan penggunaan kondom saat melakukan hubungan seksual.
Begitu banyak prestasi dan kegiatan sosial yang dilakukan. Namun perhatian pemerintah kepada nasib mereka masih dianggap sangat kurang. Jurang diskriminasi yang masih terbentang luas menjadi penghalang utama. ‘’Waria tidak hanya bisa dijalan, tapi kita juga mampu mengangkat nama