Minggu, Agustus 28, 2005

Beny Uleander

Lolot Tak Mau Bohongi Diri

Siapa sih yang tidak mau dikenal seluruh masyarakat Indonesia bahkan ke manca negara? Mungkin Lolot adalah salah satu diantaranya. Meski telah memiliki nama besar di Bali sebagai seorang penyanyi beraliran Bali Rock Alternatif, Lolot tidak berani melebarkan sayapnya ke panggung nasional meski keinginan itu ada. Apa yang menghambat keinginannya tersebut? ‘Bahasa’ itulah jawaban yang keluar dari mulut ayah satu anak ini.

Memang benar, untuk bisa melejit ke panggung nasional bahkan internasional modal utama yang harus dipersiapkan adalah album berbahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Lolot yang terbiasa berkomunikasi dengan bahasa daerahnya yakni Bali, merasa canggung jika berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, apalagi bahasa Inggris. ‘’Memang anak muda sekarang lagi gila-gilanya dengan musik rock berbahasa Inggris, tapi mereka ngerti nggak artinya apa? Saya tidak mau membohongi diri saya sendiri. Buat apa saya bernyanyi jika saya sendiri tidak ngerti artinya. Selain itu bahasa Indonesia saya juga kaku,” katanya polos.

Meski tidak berdaya mencapai panggung nasional, namun Lolot yang dibantu teman-temannya Lanang pada Bas, Doni pada gitar melody dan Deni pada Drum, tetap merasa bangga karena telah berhasil mengisi blantika musik Bali, apalagi berhasil meraih anugrah dari SCTV Musik Award kategori Grub Band Indie Paling Ngetop. ‘’Sebenarnya kita tidak terlalu menargetkan untuk mendapat penghargaan, karena takut jika kita terlalu antusias ingin mendapatkan tapi akhirnya gagal, kita jadi stres sendiri. Biarlah mengalir seperti air. Tapi kalau dapat kita sangat bersyukur,” jelas pria kelahiran Denpasar 15 Mei 1976.

Lolot Band yang berdiri sejak tahun 2000, telah berhasil menelurkan tiga album berbahasa Bali dibawah rumah produksi Pregina. Masing-masing albumnya berjudul Gumi Mangkin tahun 2003 yang laku 70 ribu kopi, Bali Rock Alternative tahun 2004 yang laku 70 ribu kopi dan Meong Garong tahun 2005 yang sudah laku 30 ribu kopi. Nama Lolot sendiri, diambil dari nama masa kecilnya yang sering dipanggil Lolot karena kenakalan dan kebodohannya. ‘’Lolot itu nama saya waktu kecil. Saya baru tau kalau kata lolot itu dibalik jadinya tolol. Namanya manusia, tidak ada yang sempurna. Pasti memiliki kekurangan bahkan kebodohan,” tuturnya. (Beny Uleander & Made Sutami/KPO EDISI 89/OKTOBER 2005)

Beny Uleander

About Beny Uleander -

Beny Ule Ander, wartawan dan penulis di Denpasar, Bali. Kini fokus menulis potensi-potensi positif warga NTT diaspora di Bali yang bergabung dalam paguyuban Flobamora Bali.

Subscribe to this Blog via Email :