Minggu, Agustus 28, 2005

Beny Uleander

Percayai Faktor X

Marcello ‘Ello’ Tahitu

Selamat tinggal kasih,
sampai kita jumpa lagi,
aku pergi ta'kan lama...

Secuil syair lagu pop klasik ‘’Pergi Untuk Kembali’’ itu menyentak kuping telinga pecinta lagu Tanah Air. Lagunya lama, dengan pendendang baru, plus cita rasa nan baru. Sentuhan lagu menjadi lebih jazzy ketimbang sebelumnya yang pop balada. Penyanyi baru itu adalah Ello dengan nama lengkap Marcello Tahitoe.

Meski terkategori pendatang baru, Ello sudah mampu mencuri simpati publik. Di manakah pesona dan keunggulan lajang 22 tahun ini? Ello adalah sosok penyanyi muda dengan segudang potensi. Darah musiknya mengalir deras dari kedua orang tuanya, Minggus Tahitoe, pelantun asli lagu Pergi Untuk Kembali dan ibunya Diana Nasution dengan hits Benci Tapi Rindu.

Penampilannya yang elok, senyum simpatik, suara yang oke dan kepiawaiannya bermain piano, membuat Ello segera merebut perhatian musik maniac. Tak heran jika debut album bertajuk sama dengan nama panggilannya itu, meledak di pasaran. Berdasarkan data perusahaan rekaman Sony BMG Music Entertainment (SBME), album Ello mencetak angka penjualan tertinggi untuk periode pertengahan April 2005. Vokalnya yang keren bisa dinikmati dalam album Audy berjudul 20-02, di mana ia berduet dalam lagu Silang Hati.

Kini jadwal manggung Ello cukup tinggi. Setiap penampilannya pun selalu disambut histeris para penggemarnya seperti terekam di konser akbar A Mild Live Soundrenaline 2005 di Serangan, Bali, Minggu (28/8) lalu.

Saat ini jadwal manggung Ello sudah lumayan tinggi. Mulai dari jadi pembuka konser Boyz II Men hingga manggung di berbagai kota di seluruh tanah air. “Dulu kegiatan Ello sebatas kampus dan gereja tetapi sekarang banyak jadwal manggung. Kebetulan gue lagi liburan kuliah sehingga dimanfaatkan untuk manggung. Bulan Juli lalu, kami hanya istirahat lima hari,” ujar mahasiswa FISIP UI.

Ello sosok penyanyi religius yang selalu melihat campur tangan ilahi dalam setiap penmpilannya. “Kami sebelum tampil selalu berdoa bersama. Kalau penonton menyambut dengan baik itu karena faktor X,” ujar Ello yang masih bersaudara dengan Glenn Fredly merendah.

Soal kiprahnya di jalur musik, Ello menyatakan sudah menjadi keputusan final. “Dari kecil gue udah bercita-cita jadi penyanyi. Gue menyukai profesi ini. Apalagi gue lahir dari keluarga musik. Mereka selalu memberi support moral seperti kesabaran dan doa,” ujar pria yang berharap dirinya tak larut dengan ketenaran.

Pemuda kelahiran Jakarta 20 Februari 1983 itu sejak usia empat tahun sudah mengenal alat musik piano. Maklum, lingkungan keluarganya adalah kelompok pecinta musik. Waktu di bangku SMP, Ello sempat membentuk band yang kemudian bubar. Penggemar musik Jamiroquai, Maxwell dan Stevie Wonder tetap merawat cita-citanya untuk menjadi penyanyi.

Ello pun mulai menemukan eksplorasi bakatnya dalam menulis lagu. Karya-karya itu kemudian dikemas dalam bentuk demo yang diserahkan ke sejumlah perusahaan rekaman sejak tahun 2000. Berkat kesabarannya, demonya itu baru mendapat jawaban pada tahun 2003 dari Sony Music –kini berubah jadi SBME.

Sejak manajemennya dipegang oleh papanya sendiri, Ello tampil lebih jantan. Untuk menyiasati agar nilai jualnya tetap menggetarkan, Ello acapkali memanfaatkan kemampuannya sebagai player pada keyboards. Ia sering menyanyi sambil main keyboards, meski tetap dikawal oleh backing band yang dibangunnya sejak album Ello beredar awal tahun 2005.

Menyinggung, karakter penampilan dan suara dekat dengan Glenn Fredly, Ello tetap komit bahwa setiap penyanyi tetap punya jati diri. “Musisi dan penyanyi yang baik adalah mereka yang mampu menampilkan karakternya di panggung dan rekaman, tanpa harus dibanding-bandingkan dengan musisi atau penyanyi lain. Saya sedang menuju ke sana,” tambah Ello yakin.

Dari catatan sepanjang perjalanan A Mild Live Soundrenaline digelar dari tahun 2002, baru Ello seorang pemusik solo yang dapat sejajar dengan artis papan atas Indonesia. Ini bukan semata-mata karena Ello adalah hits maker, tapi itu lebih disebabkan, pada kapabilitasnya sebagai multi instrumentalis sekaligus vokalis, pencipta lagu dan arranger. (Beny Uleander/KPO EDISI 89/OKTOBER 2005)

Beny Uleander

About Beny Uleander -

Beny Ule Ander, wartawan dan penulis di Denpasar, Bali. Kini fokus menulis potensi-potensi positif warga NTT diaspora di Bali yang bergabung dalam paguyuban Flobamora Bali.

Subscribe to this Blog via Email :