Minggu, Agustus 28, 2005

Beny Uleander

Sempat Tak Direstui Ortu

Kara Gunawan

Nama Kara Gunawan sebagai penyanyi belum setenar Agnes Monica, Audy atau Pinkan Mambo. Namun menengok kiprahnya di jalur musik, pemilik nama asli Tathya Sarasmi Astungkara bukan sekadar kebetulan menjadi penyanyi. Saat ditemui di Serangan, Bali, akhir Agustus lalu, dara cantik ini mengaku kian percaya diri bernyanyi di atas panggung dengan disaksikan ribuan penonton di ajang A Mild Soundrenaline 2005. Dengan goyangan atraktif, Kara membawakan lagu album pertama Beri Aku Waktu bernuansa pop R&B.

“Saya terkejut mendapat sambutan hangat di Bali,” ujar Kara yang didampingi Anindya Novianty Maharani (24) selaku backing vocal. Meski sebagai penyanyi solo, Kara tampil bersama band sendiri. “Dalam konsep band dan untuk live musik lebih bagus bawa band sendiri karena ada penyesuaian dan latihan bersama,” jelas Kara yang mengenakan celana pendek coklet muda dipadu tangtop putih.

Penyanyi dengan senyum indah ini awalnya tak ada niat menjadi penyanyi. Cewek kelahiran Jakarta 24 September 1984 sudah tertarik pada dunia musik sejak duduk di bangku SD. Kara pernah tercatat sebagai anggota paduan suara di SD Al-Azhar, Pondok Labu, Jakarta. Kala duduk di bangku kelas II di SMP Al-Azhar, Kara menjadi penyanyi lepas band sekolah.

Hobinya di dunia tarik suara terus berkembang. Ketika Kara menuntut ilmu di Ascham School, Sydney, Australia, Kara menjadi pemain bas dalam kelompok orkestra sekolah dan juga di band sekolahnya yang beraliran pop alternatif.

Saat kembali ke Jakarta, kurun waktu 2000-2002, buah hati Maxi dan Andang Gunawan menjadi penyanyi di band sekolahnya, Cita Buana Highschool. Ia biasanya mengusung lagu-lagu milik kelompok No Doubt.

Berkat dorongan rekan-rekannya yang melihat bakat besar Kara, akhirnya ia memberanikan diri untuk terjun ke dunia rekaman. Di bawah arahan kakak beradik, Iwang Noorsaid dan Imaniar, pada Mei 2003, album debut Kara yang berjudul Beri Aku Waktu dirilis Karabi Production dan diedarkan oleh EMI Indonesia.

Masuk ke lingkungan musik R&B menjadi pilihan yang berani bagi Kara sebagai penyanyi pendatang baru. ”Saya sudah pikir masak-masak, untuk meniti karir sebagai penyanyi jangan dilihat sebagai hobi sampingan,” tegasnya. Kara memang doyan musik kulit hitam. Ia mengidolakan Marvin Gaye, penyanyi Soul/R&B gaek yang legendaris. ”Tapi saya harus sadar dengan keterbatasan yang ada. Resepnya, saya masih harus belajar secara teknis,” ungkap gadis yang sejak bocah sudah gemar bersenandung.

Pada masa kecilnya, Kara terbiasa mendengar musik Rock dari Beatles, Rolling Stones, dan Led Zeppelin—karena ayahnya yang mantan personel band Big Man Robinson sering memutarkan lagu-lagu mereka. Dari situlah, unsur Pop Rock terasa di album debutan Kara yang menampilkan singel perdana, ”Beri Aku Waktu”.

Di usianya yang muda Kara sudah masuk dalam nominasi Rocketeer di ajang penghargaan Clear Top Ten 2003 bersama Shiva, Jackpot, Ratu dan Astrid. Penilaian itu dipantau langsung oleh Supervising Committee yang bertugas memantau perhitungan tangga lagu dan nominasi Awards Clear Top 10. Padahal awalnya berkarir, Kara tak mendapat restu orangtua karena ada Kara disuruh fokus dulu pada sekolahnya. ”Saya itu backstreet ke dunia rekaman. Waktu itu, saya ingat, tinggal sisa dua lagu lagi ketika ketauan, yang langsung menghasilkan rapat keluarga,” kenangnya.

”Saya nantang, rekaman harus jalan terus dengan janji pasti lulus SMA. Saya bisa berkarier nyanyi sekaligus sekolah. Beri Aku Waktu,” sambung Kara meniru judul lagu debutannya.

Alhasil, album perdana Kara yang diperkuat dukungan Imaniar, Iwang Nursaid, Bagoes AA, Tohpati, dan Bintang Indiarto berhasil mendapatkan izin orang tua. Maxi, ayahnya, lantas ikut berkolaborasi sambil menyumbang lagu ”Dalam Bayangmu” dan ”I Promise”. Selain itu Kara menciptakan lirik lagu khusus buat ayahnya, yakni ”Your Love”.

Dia membuktikan bisa lulus dari sekolahnya di SMU Cita Buana. Kini Kara sadar jalan menuju tangga penyanyi ternama masih panjang tapi dalam hal kualitas, Kara kian pede. Karena itulah Kara harus rela menunda kelanjutan studinya di Monash University, Melbourne, Australia. (Beny Uleander/KPO EDISI 89/OKTOBER 2005)

Beny Uleander

About Beny Uleander -

Beny Ule Ander, wartawan dan penulis di Denpasar, Bali. Kini fokus menulis potensi-potensi positif warga NTT diaspora di Bali yang bergabung dalam paguyuban Flobamora Bali.

Subscribe to this Blog via Email :