Desainer Yenli Wijaya
Ide kreatif adalah buah inspirasi yang lahir dari suatu permenungan. Yenli Wijaya, kelahiran Pupuan, Tabanan, 16 Juni 1969, selaku disainer, inspirasi adalah ketukan suara halus di lubuk hati. Ia mencari jejak kecantikan dengan berpetualang mengumpulkan aneka pernak-pernik, artikel dan mengamati busana harian setiap suku bangsa. “Saya membuat busana untuk masyarakat lokal dengan sentuhan baru. Orang biasanya jatuh cinta dengan sesuatu yang baru itu,” ujar isteri Eddy Suryawiajaya.
Pengembaraan Yenli sampai di tanah Papua. Ia terkesan dengan kecantikan alami perempuan Papua yang mengenak rok dari alang-alang yang teranyam rapi. Ia pun improvisasi mengumpulkan karung goni putih bekas dan tutup botol bekas sembari menakar jejak kecantikan, elegan, modis dan menghilangkan kejenuhan berbusana standar. Untuk busana dari balutan tutup botol bekas, Yenli mengambil dasar warna pink dengan suatu filosofis. Warna pink identik dengan yang lembut, manis dan glamour. Namun rasa jenuh kadang mengikat satu ide untuk bermain lebih explore.
Potongan busana remaja: Sebuah atasan dengan tumpukan bahan tiller mirip sayap bis sebagai aksen dan aneka jenis kancing yang tidak berguna bisa jadi pemanis. Bustier ornament tutup botol disematkan dengan kancing bungkus berwarna pink. Pada rok, dibuat seperti lingkaran penuh (circle) yang dijahit menyerupai sangkar ayam dengan sobekan bahan sisa yang diobras ujung kanan dan kiri, lalu dijahit segi empat, dan diberi aksen tutup botol dan kancing.
Busana anak-anak: Potongan rok terbuat dari karung goni yang dibiarkan tanpa finishing. Bagian atas adalah robekan kain chipon sulk yang ditumpahi lem agar bisa berefek shinning. Pun bisa disematkan korsage yang cantik sebagai pusat perhatian.
Seluruh inspirasi diambil dari