Kamis, Juni 29, 2006

Beny Uleander

Pendidikan Bukan Selembar Kertas

Ujian akhir nasional (UAN) telah usai. Hasilnya cukup mengejutkan para murid, orang tua, para guru, praktisi pendidikan, pemerintah dan berbagai pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. Betapa tidak. Standar minimal kelulusan 4,26 rasanya sangat sulit dicapai peserta didik. Peserta didik yang memperoleh nilai di bawah standar minimal dinyatakan tidak lulus. Walaupun semua mata pelajaran memperoleh nilai 9, tetapi bila ada satu mata pelajaran yang tidak memenuhi standar minimal 4,26 maka peserta didik tersebut akan dinyatakan tidak lulus. Tidak heran jika banyak siswa yang berprestasi ternyata tidak lulus.
Dengan alasan ingin meningkat mutu pendidikan Indonesia, maka sistem yang diterapkan ini tidak dapat diganggu gugat. Bila menoleh ke belakang, kita akan mengetahui bahwa sistem yang ada pernah diterapkan di Indonesia, mulai tahun 1945 dan telah membuahkan hasil pada era 60-an sampai 70-an. Tidak heran jika pada waktu itu hanya sedikit orang yang bisa melanjutkan pendidikannya sampai ke Perguruan Tinggi, karena seleksi yang sangat ketat. Walau demikian hasilnya sungguh luar biasa, karena banyak orang Indonesia yang menjadi guru di luar negeri alias diimport oleh berbagai negara tetangga Indonesia terutama Malaysia.
Pertanyaan muncul ketika ada orang yang berprestasi ternyata tidak lulus. Salah satu jawaban yang hampir pasti benar adalah bahwa sistem yang diterapkan perlu menyesuaikan diri dengan konteks sosial yang ada. Teks (sistem) perlu disesuaikan dengan konteks. Pada zaman 45 sampai generasi tahun 70, penekanan utama lebih pada keunggulan atau kecerdasan intelektual. Keberhasilan seseorang hanya dilihat dari kemampuan yang ada di atas kertas. Kepincangan akan terjadi bahwa tidak semua soal yang keluar pada saat ujian adalah apa yang didapatkan dari keseluruhan proses pendidikan yang ada. Pada hal hasil akhir dari pendidikan yang diharapkan adalah pembentukan pribadi yang utuh dan integral dari peserta didik itu sendiri.
Idealnya, dalam proses pendidikan, para peserta didik perlu diberikan suatu gambaran kehidupan yang multi dimensi, yang disusun dalam suatu kurikulum yang menjawab semua bakat dan kemampuan yang ada pada peserta didik. Dalam sistem pemerintahan yang sarat dengan berbagai peraturan dan birokrasinya, kurikulum yang bisa menjawabi semua bakat dan kemampuan peserta didik menjadi hal yang utopis. Namun sebenarnya, hal ini bisa dijalankan dengan sederhana, karena kemampuan seorang siswa tidak ditentukan oleh apa yang diraih di atas kertas saat ujian akhir berlangsung.
Kurikulum yang menjawabi semua bakat dan kemampuan yang ada pada peserta didik akan berkisar pada pembentukan kepribadian yang multiple intelligence atau inteligensi ganda. Teori ini dikemukakan oleh Howard Gardner, dalam bukunya yang berjudul “Frames of Mind” (1983). Gardner mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk alam dalam suatu seting atau kelompok tertentu yang bermacam-macam dalam situasi yang nyata.
Dalam pengertian ini, inteligensi bukan hanya kemampuan seseorang untuk menjawab suatu test tertulis dalam kamar tertutup atau dalam ruang kelas yang terlepas dari lingkungan sekitarnya. Inteligensi seseorang tampak dalam kemampuan untuk memecahkan persoalan yang nyata dalam situasi yang beragam, bukan kemampuan di atas kertas, walaupun kemampuan ini juga sangat penting.
Untuk itu, Gardner memberi klasifikasi inteligensi yang ada dalam diri manusia, yang terdiri dari 9 macam inteligensi yaitu, inteligensi linguistik, inteligensi matematis-logis, inteligensi ruang visual, inteligensi kinestik badani, inteligensi musikal, inteligensi interpersonal, inteligensi intrapersonal, inteligensi lingkungan, inteligensi eksistensial. Inteligensi linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata secara efektif baik secara oral maupun tertulis. Kemampuan ini berkaitan dengan penggunaan dan pengembangan bahasa. Kelompok ini akan berbicara dengan bahasa yang lancar, jelas, lengkap, mudah mengembangkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, mudah belajar beberapa bahasa, mudah mengerti urutan kata, arti kalimat, mampu menceriterakan dan menjelaskan pemikirannya kepada orang lain. Termasuk dalam kelompok ini adalah penyair, orator, sastrawan, jurnalis, editor, aktor, dan dramawan.
Inteligensi matematis logis berkaitan dengan kemampuan dalam mengunakan bilangan dan logika. Mereka dapat memikirkan sistem-sistem yang abstrak seperti matematika dan filsafat. Pikirannya sangat rasional, mampu berpikir induktif, merangkumnya dalam suatu kesimpulan ilmiah, menjelaskan kenyataan fisis yang terjadi dengan sains. Inteligensi ruang visual, adalah kemampuan untuk menangkap ruang visual secara tepat, seperti para pemburu, navigator, arsitek, dekorator. Mereka mudah membayangkan benda dalam ruang berdimensi tiga, mengenal relasi benda-benda dalam ruang secara tepat, mampu melihat, memperkirakan, memandang dari segala sudut.
Inteligensi kinestik-badani adalah kemampuan untuk mengunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan atau pikiran, perasaan. Termasuk dalam kelompok ini adalah para penari, pemahat, atlet, aktor, ahli bedah. Mereka dengan mudah mengungkapkan diri dalam gerak tubuh. Inteligensi musikal adalah kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara. Ada kepekaan yang tinggi terhadap ritme, melodi, intonasi, kemampuan memainkan alat musik, menyanyi, menciptakan lagu atau syair. Mereka mudah belajar dan memainkan musik secara baik.
Inteligensi interpersonal yaitu kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, temperamen orang lain, mampu menjalin relasi dan komunikasi dengan orang lain, mudah bekerja sama dengan orang lain, pandai bergaul, dan bisa akrab dengan siapa saja tanpa perlu banyak persoalan. Termasuk dalam kelompok ini adalah para fasilitator, komunikator, penggerak massa. Inteligensi intrapersonal adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri, bertindak secara adaptif berdasarkan pada pengenalan diri, serta mampu berrefleksi dalam keseimbangan. Mereka memiliki kesadaran yang tinggi akan segala gagasannya, mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan pribadi, sadar akan tujuan hidupnya, pandai mengatur perasaan dan emosinya, sehinga kelihatan tetap tenang walau didera berbagai persoalan. Cirinya, tenang, kalem, suka menyepi, mampu bekerja sendiri,
Inteligensi lingkungan yaitu kemampuan akan pemahaman flora dan fauna, mampu membuat distinksi konsekuensi lain dalam alam natural, mampu memahami dan menikmati keindahan alam, mengembangkan pengetahuan akan alam, melestarikan alam, merawatnya dengan kesadaran yang tinggi. Cirinya, bisa hidup di luar rumah, di alam terbuka, bisa cepat akrab dengan situasi dan kondisi alam setempat. Inteligensi eksistensial yaitu kemampuan untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam tentang keberadaan hidup, dunia, dan Tuhan. Ia suka mencari jawaban terdalam atas berbagai persoalan hidup secara eksistensial; mengapa aku ada, mengapa aku hidup, dari mana aku datang, dan kemana aku pergi. Untuk mengetahui inteligensi mana yang terdapat dalam diri peserta didik sangatlah sulit.
Dengan mengetahui inteligensi yang dimiliki oleh seorang anak, maka para guru dapat mengarahkan dan mendampingi para murid sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang ada dalam diri peserta didik. Inilah tugas lembaga pendidikan dan semua orang yang mengabdi dalam dunia pendidikan. Pendidikan tidak identik dengan format baku, yang bisa mencetak manusia sesuai dengan format tersebut. Bila sistem pendidikan yang ada mampu mengakomodir bakat dan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik, maka keberhasilan seorang peserta didik bukan terletak pada pencapaian standar minimal yang ditetapkan dalam lembaran ujian melainkan kemampuan seorang manusia dalam menyelesaikan persoalan yang ada, termasuk persoalan ujian akhir nasional.
KPO/EDISI 109 JUNI 2006

Beny Uleander

About Beny Uleander -

Beny Ule Ander, wartawan dan penulis di Denpasar, Bali. Kini fokus menulis potensi-potensi positif warga NTT diaspora di Bali yang bergabung dalam paguyuban Flobamora Bali.

Subscribe to this Blog via Email :