Kamis, Juni 15, 2006

Beny Uleander

Sasar Ruang Publik, Buat Kunjungan Privat

Keelokan Kiprah SPG
Cukup gampang mencari sebab-sebab kehancuran suatu perusahaan tetapi amatlah sulit menemukan sisi lemah perusahaan-perusahaan sukses sepanjang sejarah dan dikelola dengan baik tetapi kehilangan posisi puncaknya. Praktik manajemen yang amat penting untuk kebaikan perusahaan –seperti memenuhi kebutuhan pelanggan terbaik dan memfokuskan investasi pada bidang yang sangat menguntungkan –pun dapat menyebabkan kegagalan. Demikian komentar Michael E Raynor dalam Solusi Sang Inovator.
Di penggalan situasi berbeda, kerap kita mendengar seruan, ‘’Jangan pakai kacamata kuda alias berjalan sendiri dalam membesarkan perusahaan tanpa mau menoleh pada dinamika pasar’’. Sebuah saran yang bercita rasa elegan tetapi harus dikritisi dengan berpijak pada visi dan misi perusahaan. Selama manajemen dan karyawan bersinergi dalam alur visi seirama dan selaras, maka dapatlah dipastikan bahwa ada sekelompok ‘orang gila’ yang sedang meretas sebuah masa depan gemilang. Titik-titik kelemahan dikelola bijak jadi ‘silabus’ pelajaran menuju perusahaan sukses. Itulah inti inovasi dalam perspektif E Raynor: ‘meng-upgrade’ kualitas intelektual bermuara pada peningkatan kualitas produk dan jasa.
Sesungguhnya, kejar-mengejar segmen pasar, kategori selera konsumen dan intrik persaingan bisnis perusahaan menuju pertumbuhan yang sukses berpangkal pada keelokan teoretis, cendekiawan yang keras hati, analisis data yang kreatif dan berjalannya fungsi manajerial.
Salah satu pendampingan manajerial adalah upaya melahirkan salesman atau sales promotion group (SPG) yang siap jadi ‘manusia gila’ tapi punya penghasilan halal untuk minum kopi di Bakery Corner atau beli kudapan. Indonesia yang dibandrol sebagai negeri 1001 keanehan terus berdiri. Rakyat negerinya tetap butuh pekerjaan dan pendidikan. Pekerjaan halal bermuara pada pembaktian diri kepada kesejahteraan sesama manusia. Meski dalam skala kuantitas amat kecil tapi bernilai dari segi kualitas. Itulah satu dimensi mulia kiprah para SPG PT Karya Pak Oles Tokcer yang menegakkan kesehatan manusia berbasis herbal, alami dan nyaman tanpa efek samping. SPG menjadi obor dan pembawa suara kehidupan bahwa alam menyiapkan berbagai fasilitas dan sarana untuk kesehatan manusia. Sebut saja madu organik/budidaya, tanaman berkhasiat obat atau segala jenis tanaman mengandung antioksidan yang mendukung revitalisasi hidup.
SPG atau salesman yang mampu menjual pasir ke Arab, daerah padang pasir, patut diacungi jempol. Benarkah ia akan sukses menjual apa saja? Termasuk menjual gigi palsu untuk orang yang giginya masih lengkap? Setiap orang punya potensi membeli tapi yang paling penting apakah ada kesesuaian antara produk dengan kebutuhannya? Kalau orangnya tidak membutuhkan, tapi kita bisa mengakali supaya dia membeli, bukankah itu aksi manipulatif? SPG Pak Oles memasarkan produk kesehatan dan jamu yang sudah merakyat. Tidak ada strategi manipulatif. Karena SPG berlogo GNW itu memasarkan sebuah produk yang berkualitas, bermerek dan dikawal dengan informasi, Koran Pak Oles dan Tabloid Montorku.
Berbekal pemahaman produk (product knowledges), mereka menggelar promosi, menyasar ruang publik dan kreatif melakukan kunjungan privat dari rumah ke rumah. Menyapa konsumen dan pelanggan. Mereka memahami marketing sebagai segala upaya untuk membuat orang membeli. Kalau menjelaskan manfaat produk dengan baik membuat orang membeli, ya itulah pemasaran. Penguasaan manfaat materi produk bukan sebatas hafalan tetapi merasuk menjadi kebanggaan diri, kegembiraan citra dan fanatisme merek.
Dalam film “Life is Beautiful”, ada kata-kata indah dari Uncle Alicio. “Menunduklah seperti bunga matahari mencari sinar matahari. Bunga matahari yang terlalu menunduk itu bunga mati. Melayanilah tapi kamu bukan pelayan. Seperti Tuhan melayani manusia, tapi Tuhan bukan pelayan’’. Dalam proses penjualan itu, SPG tidak harus “melacurkan diri” karena asal laku, tapi bangun sikap keperwiraan dalam menjual. Hormat bukan untuk merendahkan diri, meskipun tetap rendah hati. KPO/EDISI 108 JUNI 2006




Beny Uleander

About Beny Uleander -

Beny Ule Ander, wartawan dan penulis di Denpasar, Bali. Kini fokus menulis potensi-potensi positif warga NTT diaspora di Bali yang bergabung dalam paguyuban Flobamora Bali.

Subscribe to this Blog via Email :