Rabu, Desember 05, 2007

Beny Uleander

Orde Rasionalisasi, Mungkinkah?

Indonesia kini lebih dipahami sebagai sebuah pengertian. Sebuah negeri yang gamang dalam desing bising raungan globalisasi. Sebuah negara tropis di zona khatulistiwa yang sedang terkapar dalam pergumulan liar menancapkan demokrasi ala Yunani dan demokrasi dari perkawinan rezim orde lama, orde baru serta orde reformasi.
Di tengah kebingungan mengindentifikasi jati diri ke-indonesiaan—saat ini, bangsa kita dalam kesendirian di sebuah ruang perjalanan peradaban. Prestasi korupsi masuk lima besar Negara terkorup di planet Bumi. Rona kemiskinan menghiasi lebih dari setengah penduduknya yang berjumlah 220 juta jiwa. Survei mutu lembaga pendidikan tinggi berada di level terendah dalam kegiatan akademik dan ilmiah di tingkat dunia.
Serentet gelombang rasa sunyi tiba-tiba menyergap penghuni negeri ini. Hidup makin susah. Harga beras yang menjadi makanan pokok melonjak naik tak terkendali. Sepertinya roh bangsa ini terseret oleh arus nestapa dalam samudera keterasingan di tengah hiruk-pikuk budaya populer. Jantung aktivis, LSM dan ‘klandestin’ berdegup sepi dalam ruang ketidakpastian yang tak berujung. Meski begitu rakyat jelata negeri ini tetap coba melempar sesungging senyum indah pada dunia baru yang keji.
Jantung Republik ini mendadak terkapar lemas di tengah lalu lintas gebyar teknologi industri dan informasi. Di manakah canda tawa masa jaya Sriwijaya yang manis. Telah hilangkah butir-butir kegembiraan yang mekar di rahim hati ayah bunda kita tatkala keluar dari cengkraman penjajah yang rakus dan kemaruk? Di manakah kita sebagai bangsa yang besar mencari arti perjalanan menuju Indonesia Jaya 2030? Bagaimana kita maknai kini kegundahan mahadahsyat yang menghentak-hentak rasa ketidakadilan? Persoalan-persoalan krusial yang harus dibedah dalam ranah hukum bisa sirna di lalu lintas perang statement. Apa yang aparat penegak hukum cari dalam menguber-uber pelaku korupsi? Menegakkan hukum atau aksi membalas dendam pada sebuah pemerintahan yang lama? Apa yang mendorong kejaksaan (timtastipikor) berkejaran dengan waktu dalam lorong ketidakpastian antara mengembalikan asset negara atau menjaring angin kehampaan? Rasa apa yang membetot kesadaran penduduk negeri untuk terus tabah menonton dagelan politik kotor para elite politik dalam rajutan kata, rakitan kalimat dan bingkai berita? Kita tak bisa menjawab tuntas. Hanya ada rasa sunyi dalam diri bangsa ini.
Kita dikejutkan oleh suara penuh gugatan UNTUK APA jadi ORANG INDONESIA di jaman aneh ini? Mengapa kita harus menyatukan napas kita dengan detak jantung negeri ini? Orde Reformasi telah banyak menipu kita. Para aktivis reformis kini berkelana dalam dunia kapitalis. Saatnya kita mengupayakan lahirnya pemerintahan dengan ideologi kesejahteraan yang berorientasi pada pencerdasan bangsa. Sebuah rezim Orde Rasionalisasi yang hendak mencoba memberi makna abadi pada tugas terberi. Biarlah bumi terus berputar pada sumbunya. Tapi, jangan biarkan serat-serat kebaikan, kebenaran dan keindahan luntur, ternoda dan tercabik oleh hasrat mengumbar nafsu dan aroma kekuasaan serta digerogoti virus AIDS= angkuh, iri, dengki dan sombong???
Meski langit-langit runtuh, ataupun bumi bergerak menjauhi matahari, kita sebagai bangsa akan terus menjaga pulau demi pulau. Biarlah NKRI mengabadi bersama waktu. Entah sampai kapan. Tapi kita tahu pasti masa depan negeri ini ada di tangan generasi muda. Kita boleh terpasung oleh kemiskinan, kita boleh tergolek lunglai dari persaingan ekonomi antar bangsa, kita boleh tersingkir dalam ruang penindasan sistem-sistem politik yang ringkih dan amburadul. Tapi kita tak boleh kehilangan harapan untuk terus bekerja penuh dedikasi dengan semangat cinta akan yang baik, benar dan indah. Bukan mustahil Orde Rasionalisasi bersemi di rahim Bumi Pertiwi. Semoga. (Beny Uleander/KPO EDISI 129)

Beny Uleander

About Beny Uleander -

Beny Ule Ander, wartawan dan penulis di Denpasar, Bali. Kini fokus menulis potensi-potensi positif warga NTT diaspora di Bali yang bergabung dalam paguyuban Flobamora Bali.

Subscribe to this Blog via Email :