Rabu, Desember 31, 2008

Beny Uleander

Menapaki 365 Hari Di Tahun Baru

Inspirasi selalu bernyanyi; karena inspirasi tidak pernah menjelaskan! (Paul Amalo).
Waktu dalam ruang imajinasi adalah gudang yang setia menampung barisan ide. Serba luas, tanpa kapasitas dan setiap orang bebas menghapusnya hanya dengan lupa.
Di sana juga kita dimanjakan untuk menyimpan bayang-bayang kelepasan hidup. Impian kesuksesan dipahat dengan semangat kerdil yang tertatih-tatih. Setiap kita bebas menabur mimpi-mimpi “terkotor” hingga “tersuci” di alam khayal. Mungkin tentang sekeping keenakan hidup tanpa ternoda keringat susah payah. Atau harapan yang membara meraba-raba kerinduan hati yang tak pernah terpenuhi di ruang kesadaran.
Waktu dalam bilik imajinasi selalu penuh dengan ekspresi instant diri ideal. Itulah sisi lain “waktu” sebagai “bintik-bintik sejarah” yang menguap tanpa menjelma jadi fakta. Kekecewaan mencengkram pribadi-pribadi yang menganggap barisan impian tak lebih dari dongeng.
Ketidakmengertian misteri waktu menyeruak hadir saat kita coba mengartikan waktu sebagai perjalanan hidup. Waktu adalah kesadaran! Hidup menjadi berarti ketika manusia sadar “orgasme spiritual” adalah penemuan indah jati diri manusia. Gairah mengumbar hawa nafsu badani hanyalah mengotori waktu hidup yang amat pendek. Bahkan merusak waktu hidup yang indah. Sayang semua orang perlu waktu untuk menyadari hidup adalah berbagi hati, empati dan kasih.
Spirit memaknai waktu inilah yang kerap hilang saat warga dunia merayakan pergantian tahun. Waktu dengan amat rendah disanding dengan keinginan manusiawi. Padahal hasrat insani dimatangkan dalam parade waktu. Semoga kita tidak terbuai dalam kemeriahan pesta tahun baru tanpa meluangkan waktu merefleksikan tujuan hidup hakiki.
Manusia lahir dan bertumbuh dalam waktu. Kitapun jatuh cinta dan merasakan kehangatan pelukan penuh kasih sayang tidak setiap waktu! Sewaktu-waktu kegelisahan dan rintihan batin dalam pagutan kepahitan hidup akrab menghampiri manusia.
Makna waktu hanya ditemukan mereka yang membiarkan inspirasi selalu bernyanyi, karena inspirasi tidak pernah menjelaskan. Kita menyanyikan syair Indonesia yang makmur. Umat Allah menapak tangga kuil dengan perut terisi. Saudara kita sujud bersyukur dengan badan bugar. Dan, teman terdekat duduk bersila dengan wajah tenang karena isteri anaknya hidup sejahtera.
Mari kita gunakan waktu hidup yang terus bergulir untuk membuat hidup jadi makin bermakna. Karya jadi amal dan doa jalan penuntun hidup kita. Selamat menempuh hidup baru di tahun BARU!
Koran Pak Oles/Edisi 166/1-15 Januari 2009
Read More
Beny Uleander

Belby Enterprise Mendidik Model Profesional

Oleh: Beny Uleander
Industri hiburan menjadi ladang usaha yang digarap serius Pipiet Fitria, wanita berdarah Bandung yang lahir dan besar di Surabaya.
Setelah lama bekerja di beberapa event organizer, akhirnya sejak tahun 2002, ia pun mantap mendirikan EO sendiri dengan nama Belby Enterprise.
Fokus garapan di bidang modelling, sexy dancer, cheerleaders, aerobic, management artis, party organizer dan costum. Agency Belby Enterprise sejak tahun 2004 membuka sekolah kepribadian yang mendidik calon model profesional “Saya awalnya ikut dengan teman-teman dalam sebuah event, tapi saya selalu melihat ada hal yang selalu kurang. Karena itulah saya tertantang untuk membuat sendiri event organizer lengkap dengan bagian produksinya. Model kami sering tampil dalam berbagai event expo produk di Bali Galeria,” ujarnya.
Pipiet, sapannya, mengawali karir dancer di Bandung dan Surabaya. Ia menguasai beberapa jenis tarian, termasuk tarian perut yang kini diajarkan kepada para remaja dan model yang bergabung di Agency Belby Enterprise. “Mereka diajarkan tari kontemporer, dancer, modern dance, hiphop, belly dances (tarian perut), R&B, cabaret dan cheerleaders,” sebut Pipiet.
Saat ini Agency Belby Enterprise memiliki modeling yunior 180-an orang (TK-SMP) dan senior mencapai 60-an orang yang berasal dari kalangan remaja dan mahasiswa.
Sekolah kepribadian seminggu penuh pada sore hari untuk yunior dan senior. Mereka diajarkan materi kepribadian dan tatarias. Pada hari Rabu dan Sabtu khusus mendalami kepribadian. Hari Senin dan Jumat khusus tata rias dan modeling. Sedangkan latihan diisi pada hari Selasa dan Kamis yang didampingi 6 instruktur, 3 orang fokus di bidang modeling dan sisanya mendampingi para model di bidang dances.
Selama setahun pendidikan, ada kegiatan wisuda yang bertepatan dengan hari jadi Belby Enterprise tanggal 1 Mei. Saat itu, lulusan Belby Enterprise menerima sertifikat dan piala penghargaan untuk siswa yang berprestasi. Belby Enterprise sudah melahirkan 200-an angkatan siswa modeling. Sekali wisuda bisa mencapai 100-an orang. “Model dan dancer kami sering tampil regular setiap minggu di tempat hiburan Kuta dan Nusa Dua,” ujar Pipiet.
Menurut Pipiet, tidak ada kriteria khusus untuk anak-anak TK, SD maupun SMP yang ingin bergabung dengan Agency Belby Enterprise. Karena sekolah kepribadian di Belby Enterprise khusus menanamkan rasa percaya diri anak-anak untuk tampli di depan umum. “Ada pendidikan mental untuk anak yang minder dan kurang bergaul agar bisa bersosialisasi, pede berjalan di panggung, tahu cara bergaya dan berpose di depan kamera,” urainya.
Bagi calon model senior ada persyaratan tinggi badan: 165-172 cm untuk perempuan dan untuk pria berkisar 170-an cm. Para model dituntut bisa menamplikan kecantikan secara total, luar dalam, bukan cantik secara formalitas. “Misalnya, wajah yang eksotik dan bisa mengekspresikan jati diri dengan jadi model. Tentu saja mereka harus menunjukan prestasi dan kemampuan. Jadi bakat harus nomor satu di bidang catwalk, inner beauty, cara busana, tata rambut dan sebagainya,” tukas Pipiet yang membuka studio di Komplek Pertokoan Kertha Wijaya Jl Diponegoro No. 124 Denpasar dan Jl Tangkupan Perahu, Kuta.
Koran Pak Oles/Edisi 166/1-15 Januari 2009
Read More

Senin, Desember 15, 2008

Beny Uleander

Kita Perlu Jalan Baru

Untuk menjadi bangsa yang maju dan memiliki daya saing global, pembangunan di Indonesia memerlukan jalan baru! Carut-marut wajah reformasi selama 10 tahun terakhir menjadi bukti bahwa spirit menuju Indonesia baru masih sebatas wacana.
Agenda reformasi berantakan karena pergesekan kepentingan politik dan hegemoni kelompok aliran. Nilai-nilai Pancasila yang mengakomodir kebhinekaan dicampakkan. Perbedaan agama, budaya, adat istiadat, maupun suku kerap diperdebatkan dengan sikap batin yang jauh dari kematangan dan prinsip-prinsip kemanusiaan. Akibatnya bangsa ini mengalami kemunduran dalam menata misi kebudayaan dan kemanusiaan.
Saatnya, negara membentuk ‘dewan reformasi’ yang beranggotakan kelompok kecil lintas agama, suku dan tidak mewakili kepentingan politik partai tertentu. Mereka adalah budayawan dan filsuf yang berdiam di setiap kota/kabupaten.
Peran dewan reformasi ibarat nabi yang terus “berteriak-teriak” di jalan-jalan kebenaran. Artinya, agenda-agenda dasar reformasi di bidang pendidikan, hukum, ekonomi, politik dan pertahanan negara perlu dirumuskan dan dikawal secara strategis. Mana substansi permasalahan dari setiap bidang yang mendesak untuk diperbaharui. Mana hal-hal ideal masa lalu yang harus dipertahankan demi kemajuan bangsa.
Di bidang politik, harus diakui bahwa ada perubahan dan perbaikan amat mencengangkan di ranah demokrasi. Bila dibandingkan dengan negeri tetangga seperti Thailand dan Myanmar, kita bersyukur masih unggul dalam kematangan berdemokrasi. Namun biaya politik saat ini sangat menguras keuangan negara. Kita gagal membangun fondasi kepartaian yang kuat. Ini karena akrobat politisi di Senayan yang kerap terjebak dalam kepentingan politik temporer. Rakyat kini bingung menjatuhkan pilihan pada partai yang berjumlah puluhan itu. Bisa-bisa, pilihan rakyat pada partai tertentu karena terjebak pada “kamuflase iklan” untuk pencitraan partai.
Di bidang pendidikan selama era reformasi terjadi kemerosotan mutu pendidikan yang luar biasa. Siswa sekolah tidak terpacu lagi untuk belajar lebih gigih. Contohnya, saat ujian tiba, siswa-siswa sekolah tidak “jatuh-bangun” mempersiapkan diri. Sebaliknya, kepala sekolah dan para guru yang “pontang-panting” berpikir bagaimana agar anak didik mereka lulus ujian. Hal yang amat lucu, usai ujian kita mendengar ada kepala sekolah atau oknum guru yang dijemput polisi karena dugaan pembocoran soal ujian.
Di bidang sejarah bangsa terjadi kemunduran mahadashyat. Politik rekonsiliasi tidak berjalan lancar. Padahal sejarah masa lalu yang jelas dan terang adalah harta karun untuk membangun masa depan. Kita gagal memetakan mana sejarah kelam yang perlu diluruskan. Contohnya, generasi muda masih bingung soal fakta kelam 30 September 1965: apakah PKI sebuah partai politik saat itu punya senjata dan strategi militer untuk membunuh pucuk pimpinan militer angkatan darat yang berpengaruh saat itu? Demikian juga dosa-dosa kebijakan rezim Sukarno sampai Suharto perlu diungkapkan secara hukum, lalu dimaafkan sebagai bagian dari persoalan masa lalu. Sayang spirit reformasi ini hilang ditelan akrobat kepentingan politik. Generasi mendatang yang amat dirugikan!
Demikian pula di bidang pertahanan dan keamanan negara masih mengikuti “strategi kependudukan” militer penjajah dengan membangun pangkalan militer di Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya. Padahal negeri ini adalah negeri kepulauan yang membutuhkan visi baru pertahanan regional. Basis-basis pertahanan militer apa salahnya ditempatkan di setiap pulau terluar di negeri ini. Dengan demikian, migrasi lokal ke pulau-pulau yang masih kosong disenergiskan dengan kebijakan transmigrasi. Rakyat merasa aman bermigrasi karena dilindungi oleh pertahanan militer.
Sementara bidang pertanian dan agroindustri yang seharusnya menjadi tulang punggung ekonomi kerakyatan tidak menjadi lokomotif perekonomian negara. Padahal dari sektor pertanianlah kita berharap tumbuh industri-industri lokal berskala nasional. Yang terjadi selama ini, Indonesia menjadi pasar produk-produk jadi pertanian dari negara lain. Ironisnya, bahan bakunya berasal dari Indonesia.
Dari catatan di atas yang masih jauh dari lengkap, agenda reformasi perlu dikawal budayawan dan filsuf, termasuk mahasiswa dan duta-duta kemanusiaan yang tersebar di berbagai kampus dan daerah! Mereka akan selalu menjaga “jalan baru” kebangkitan Indonesia.
Koran Pak Oles/Edisi 165/16-31 Desember 2008
Read More