Rabu, Juni 30, 2004

Beny Uleander

Membangun Jaringan Laba-laba

Strategi Muni Muntoya Garap Pasar Surabaya

Ramuan Pak Oles resmi hadir di Surabaya sejak tahun 2001. Kerja keras dan disiplin tinggi untuk menjadi jutawan bersama produk ini, cukup memiliki taring di kota yang lebih dikenal dengan sebutan Kota Pahlawan itu. Dipimpin Ir Muni Muntoyah, pemasaran ramuan tradisional khas Bali ini secara intensif digarap, dan kini sudah dibuka 7 kantor unit dan sejumlah konter. Bagaimana strategi Muntoyah dan timnya menerobos pasar, dan kiat sukses sejumlah tim marketing untuk sejahtera bersama Ramuan Pak Oles?
Cara kerja laba-laba yang membangun rumah berbentuk jaringan dan memiliki titik sentral menjadi inspirasi tersendiri bagi Kepala Pemasaran Ramuan Pak Oles Cabang Surabaya, Ir Muni Muntoya untuk membangun kantor unit dan konter di sejumlah kawasan di Surabaya khususnya dan Jawa Timur umumnya. Dalam sejarah militer, konsep jaringan laba-laba terbukti efektif menaklukan wilayah dalam suatu imperium. Kuasai daerah terdekat dan dirikanlah benteng pertahanan. Cepat atau lambat, musuh akan menyerah.
Strategi ini mulai diterapkan Muntoya yang secara bertahap menerobos pasar dengan membuka kantor unit di sekitar kota Surabya. Buktinya ada pos Menanggal Utara, Margorejo, Baratajaya, Perak serta konter di Jembatan Merah Plaza (JMP) dan Tunjungan Plaza (TP). Kota kabupten seperti Malang, Sidoarjo, dan Pondok Jati sebagai posnya, juga Gresik, Mojokerto, Lamongan dan Pasuruan.
Dalam perjalanan waktu, Muntoya menilai konsep itu efektif mempertajam marketing dan menguasai pasar, mengingat produk Ramuan Pak Oles selain alami juga terbukti khasiatnya. Keuntungan konsep jaringan laba-laba terletak pada efisiensi waktu, memudahkan mekanisme kontrol karena terjangkau dan mengurangi biaya akomodatif. “Bayangkan kalau kantor-kantor unit letaknya saling berjauhan maka biaya kontrol akan tinggi dan banyak waktu yang dihabiskan di perjalanan,” ungkap Muntoya ketika bersama Dirut PT Karya Pak Oles Tokcer, GN Wididana, Manajer Marketing, Made Subamia dan Pemred Koran Pak Oles, Albert Kin Ose M meninjau sejumlah kantor unit di Kota Surabaya pekan lalu.
Menurut alumumnus Universitas Nasional Jakarta 1993 ini, konsep jaringan laba-laba amat sinergis dengan strategi marketing produk Ramuan Pak Oles; direct seling dengan SPG sebagai ujung tombak. Sejak dibuka di Surabaya tahun 2001, pangsa pasarnya masih terbuka. Ini bisa dilihat dari peningkatan penjualan per bulan. Bahkan, setiap unit sudah berani memasang target penjualan sebulan. Daya dukung SDM juga memadai dan kini sudah direkrut 300 orang SPG yang tersebar di 7 kantor unit.
Diakuinya, konsep jaringan laba-laba sebenarnya lahir dari pemikiran yang terfokus pada upaya meningkatkan pemasaran plus peletakan dasar manajemen usaha yang rasional dan berkualitas. Artinya, Cabang Surbaya hanya fokuskan diri pada wilayah pasar terdekat namun tergarap optimal, yang ditopang majemen terkontrol efektif guna minimalisir kendala klasik secara internal. Sebuah unit yang bermasalah bisa cepat diketahui dan bisa segera dicarikan solusinya. Kegiatan memotivasi karyawan dan SPG diperkaya dengan dialog interaksi yang kolektif. ‘’Ini dimungkinkan karena kedekatan wilayah sehingga mudah terjadi pertukaran informasi dan pengalaman,’’ tambah Muni. (Beny Uleander/KPO EDISI 61/MINGGU I JULI 2004)

Beny Uleander

About Beny Uleander -

Beny Ule Ander, wartawan dan penulis di Denpasar, Bali. Kini fokus menulis potensi-potensi positif warga NTT diaspora di Bali yang bergabung dalam paguyuban Flobamora Bali.

Subscribe to this Blog via Email :