Kamis, Juni 10, 2004

Beny Uleander

Membuat Rumah Buruh Di Tempat Kerja

H Machfud
Pembangunan infrastruktur di wilayah Denpasar dan sekitarnya cukup pesat belakangan ini. Ini terlihat dari banyaknya permintaan akan batako, paving blok, tegel, bis beton dan sanitair yang terus meningkat. Hal ini dikemukan H Machfud, seorang pengusaha industri kecil di bidang bangunan yang mendirikan usahanya di Jl Raya Sesetan, depan Pura Gajah.
H Machfud mengaku semula ia mendirikan pabrik tegel pada tahun 1980-an, namun sejak produk keramik digemari konsumen perlahan-lahan pesanan tegel menurun. Sekitar 17 pabrik tegel di Kota Denpasar tutup tetapi ia tetap bertahan dengan mengandalkan order batako maupun papin dari mitra bisnisnya yang bergerak di proyek pembangunan fisik. Selain mencetak berdasarkan permintaan konsumen, ia juga secara kreatif membuat pot bunga, gorong-gorong, meja kompor, wastafel, bak mandi, kursi, loster, pagar jaro beton dan talang beton.
Bahan bangunan yang paling banyak dipesan adalah batako dan papin. Ia menjual batako per buah Rp 900 dan papin berukuran 5 cm Rp 400/ buah, 6 cm Rp 460/buah dan 8 cm Rp 560/buah, sedangkan tegel untuk 1 m Rp 25.000. Usahanya ditunjang dengan 6 mesin cetak tegel dan batako yang terbuat dari hidrolik. Ia mengaku keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan sangat kecil namun ia berusaha menjaga kualitas produk agar tetap dipercaya para langganannya.
Meski umurnya sudah mencapai 80 tahun, H Machfud kelahiran Jember, Jatim, nampak menikmati usahanya tersebut. Ia datang ke Bali pada tahun 1950 dan sempat bekerja sebagai ahli perawatan mesin ketik, kalkulator dan mesin stensil di lingkungan Kodam Udayana dan bank se Nusa Tenggara. “Saya tetap bertahan dengan percetakan ini karena ini sudah menjadi pekerjaan saya sejak tahun 1974,” ujar suami Hj Kustiatun.
Apalagi kini anak-anaknya yang berjumlah dua belas orang turut mendukung usahanya. Ia juga pekerjakan karyawan part-time, bekerja berdasarkan pesanan. Uniknya, karyawan diberikan rumah huni di lokasi kerja. Ada 26 kamar untuk karyawan yang sudah berkeluarga dan sebuah gudang bagi karyawan yang bujang.
Karyawannya merantau ke Bali tanpa berbekal keterampilan tertentu. Ia membantu menampung mereka di tempat usahanya dan menyalurkan pekerjaan bagi mereka. Ia juga mengajarkan mereka bagaimana cara mencetak batako dan papin. Mereka bukan karyawan tetap di perusahaan. Bila ada proyek yang membutuhkan tenaga kerja, kaum pria dilibatkan.
“Di sini lebih banyak ibu-ibu yang membantu saya sedangkan suami mereka bekerja di proyek. Kalau semua kerja di proyek, saya minta bantuan tenaga mereka mencetak batako pada pagi hari mulai jam lima sampai jam enam. Lalu jam delapan baru mereka berangkat ke proyek,” jelasnya.
Soal upah, Machfud memberikan berdasarkan orderan bukan standar gaji pokok. Hanya, dirinya selalu berusaha memperhatikan kebutuhan pokok mereka dan mencari informasi peluang kerja di berbagai proyek pada saat pesanan sepi. (Beny Uleander/KPO EDISI 60/MINGGU II JUNI 2004)

Beny Uleander

About Beny Uleander -

Beny Ule Ander, wartawan dan penulis di Denpasar, Bali. Kini fokus menulis potensi-potensi positif warga NTT diaspora di Bali yang bergabung dalam paguyuban Flobamora Bali.

Subscribe to this Blog via Email :