Rabu, Juni 30, 2004

Beny Uleander

Mengubah Sampah Menjadi Uang

Kunjungan Ke Redaksi HU Surya Surabaya
Berbagai kota besar di Indonesia seakan menjadi penampung aneka masalah mulai dari kepadatan penduduk, kawasan kumuh hingga pengelolaan sampah. Titik soal sampah adalah kristalisasi dampak limbah industri dan rumah tangga. Selama ini, pemerintah cukup serius memperhatikan masalah sampah dengan menyiapkan TPA (tempat pembuangan akhir) di luar kawasan pemukiman penduduk.
Hanya saja ada kelemahan dalam pengelolaan sampah yang menjadi keprihatinan Dr Ir GN Wididana, M.Agr alias Pak Oles saat berdiskusi dengan jajaran redaksi HU Surya dan pemimpin perusahaan PT Antar Surya, Dwianto Setyawan dan GM Percetakan, Gito Handoyo di kantor redaksi HU Surya, di Surabaya, pekan lalu. Diskusi yang dikemas dalam suasana kekeluargaan itu lebih pada sepak terjang Pak Oles di bidang tanaman obat-obatan, pertanian dan pupuk organik.
Diakuinya, pemerintah menyiapkan anggaran khusus untuk pengelolaan sampah di kota-kota besar, tanpa diimbangi konsep ekologis dan ekonomis yang tepat. Sebab sampah di TPA tiap hari terus menumpuk dan menimbulkan gangguan kesehatan lingkungan. Selain menimbulkan polusi udara, lahan tambak dan persawahan di sekitarnya rusak akibat rembesan air limbah yang mengandung bahan kimia. Memang ada upaya teknis seperti menimbun sampah untuk dijadikan kompos (compossities), membakar dengan mesin insinerator (burning), pembangunan sanitary landfild, dan terakhir yang akan dilaksanakan di Sidoarjo, Surabaya adalah thermal converter (pembakaran tuntas) dengan teknologi Waste Energy System dari Inggris untuk menghasilkan tenaga listrik.
Berbagai upaya teknis itu, kata Pak Oles, amat jauh dari konsep teknologi ramah lingkungan dan cost-nya tinggi. Yang terjadi selama ini, kritiknya, pemerintah menghamburkan uang negara dalam jumlah yang besar untuk mengelola sampah. Kondisi ini kian diperparah kehadiran investor yang menawarkan program pengelolaan sampah hanya sekedar menangkap alokasi dana APBD. ‘’Katanya investor, tetapi mereka datang dengan proposal dan usulan dana yang begitu besar,’’ tandasnya.
Keprihatinan ini mendorong dirinya, pada tahun 1997, merintis pengelolaan sampah di TPA Suwung, Denpasar Selatan pada areal seluas 3 hektar dengan menggunakan Teknologi Effektive Microorganism (EM) yang ekologis dan menghasilkan uang. Ia menilai, praktek adalah sebentuk kesaksian yang kuat ketimbang teori atau ide yang muluk-muluk.
Akhirnya, ia merakit pengalamannya dengan modal keyakinan dan keberanian meski awalnya ada tantangan dan sikap meremehkan dari kalangan eksekutif dan legislatif. Pak Oles bertekad mengubah pola pikir tentang sampah sebagai sumber masalah yang menghabiskan dana ratusan juta rupiah menjadi menjadi pupuk organik meski sempat dituding sebagai pupuk racun tanaman.
Mesin pemilah sampah organik dan anorganik adalah para pemulung. Sampah organik diolah menjadi pupuk organik yang ternyata laris di pasaran. Sebab saat ini ada gerakan untuk kembali ke alam (back to nature) sehingga kehadiran pupuk organik efektif menggusur pupuk pestisida yang mengandung bahan kimia. Penggunaan teknologi EM untuk pengelolaan sampah bermanfaat, menanggulangi kelangkaan pupuk organik, mengatasi problem sampah dan mempunyai nilai ekonomi.
Daya serap pasar Bali terhadap kebutuhan pupuk organik sebulan mencapai 100 ton. Sehari, TPA Suwung roduksi 5 ton pupuk organik. Sistem distribusinya, Pak Oles bekerja sama dengan pemerintah. Usahanya di bidang EM kini berkembang pesat baik dalam dunia pertanian maupun kesehatan, kecantikan dan otomotif dengan Spontan Power-nya. Ia meramu berbagai tanaman obat lewat teknologi EM dan kini sudah ada 26 produk Ramuan Pak Oles yang tersebar di Jakarta, Surabaya, Bandung, Bandar Lampung, Bali, Makasar, NTB serta pembelian tunai dari konsumen Jepang, AS, Jerman, Thailand, Korea dan Malaysia melalui internet. (Beny Uleander/KPO EDISI 61/MINGGU I JULI 2004)

Beny Uleander

About Beny Uleander -

Beny Ule Ander, wartawan dan penulis di Denpasar, Bali. Kini fokus menulis potensi-potensi positif warga NTT diaspora di Bali yang bergabung dalam paguyuban Flobamora Bali.

Subscribe to this Blog via Email :