Rabu, Juli 14, 2004

Beny Uleander

NTT, Kaya Budaya Tapi Mandul Kreativitas

Ajang seni yang paling kesohor di tanah seribu pura ini adalah penyelenggaraan Pesta Kesenian Bali (PKB) yang diadakan rutin setiap tahun sejak tahun 1978 silam. Uniknya, pesta kesenian ini diikuti juga juga daerah-daerah lain di seluruh Indonesia. Setiap kabupaten berusaha menonjolkan kekhasan budaya daerahnya yang tertuang dalam aneka barang kerajinan seni dan pentas kesenian seperti seni tari.
Hal yang patut disoroti dalam PKB adalah ketidakikutsertaan berbagai kabupaten di NTT dalam ajang kesenian di Art Centre, Denpasar. Yang patut diacungi jempol cuma Pemkab Alor di bawah Bupati Ir Anis Takalapeta yang berani menginvestasikan citra budaya Pulau Kenari di mata masyarakat internasional. Perlu diingat, Bali adalah ikon pariwisata Indonesia dan salah satu komunitas internasional. Amat disayangkan mayoritas kepala daerah di NTT tutup mata dan telinga dalam menangkap peluang dan kesempatan tersebut.
Di gedung Bali Production Export, pengunjung dan wisatawan asing tahu budaya dan kesenian NTT hanya lewat ‘miniatur tenunan khas Alor’. Padahal selama ini NTT berkoar-koar sebagai propinsi dengan ratusan pulau (ada 556 pulau di NTT) dan ratusan budaya dan bahasa daerah. Tetapi ‘kemegahan’ budaya itu cuma menjadi kepuasan semu dikandang sendiri.
Memang pemerintah daerah NTT perlu memiliki semangat generasi muda dalam diri Katrida Omalor, Farida Obail dan Imanuel Maateng yang setia memperkenalkan ‘mosaik kebudayaan NTT’. Ketiganya tanpa kenal lelah menunggui stand pameran Pemkab Alor hampir selama sebulan penuh.
Di stand Pemkab Alor ini dipamerkan tenunan ikat motif Alor bergambar binatang seperti kura-kura, kupu-kupu atau gajah yang berasal dari Kolana, Pura, Lembu dan Kuwi. Ada juga peninggalan zaman perunggu pertengahan seperti moko dan nekara. Hasil tanaman perkebunan daerah Alor yang diperkenalkan berupa cengkeh, vanili, buah pinang, biji kenari dan jagung titi.
“Saya ingin memperkenalkan kebudayaan khas daerah Alor kepada dunia. Saya ingin orang luar negeri itu tahu kekayaan seni budaya kami,” ungkap Katrida. Memang disayangkan, ajang ‘nasional’ pertukaran dan perkenalan budaya ini diabaikan pemda kabupaten se-NTT, kecuali Alor. NTT memang kaya akan khasanah budaya daerahnya tetapi miskin dalam kreativitasnya. Sayang.

Beny Uleander

About Beny Uleander -

Beny Ule Ander, wartawan dan penulis di Denpasar, Bali. Kini fokus menulis potensi-potensi positif warga NTT diaspora di Bali yang bergabung dalam paguyuban Flobamora Bali.

Subscribe to this Blog via Email :