Senin, Juni 27, 2005

Beny Uleander

Jamu Bisa Digunakan Sebagai Metode Pengobatan

Ketua Umum GP Jamu, Dr. Charles Saerang dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) GP Jamu 2005 di Hotel Kartika Chandra (27/6) lalu, menyayangkan tentang kondisi dunia obat-obat yang berasal dari bahan alami yang hingga kini masih belum terangkat derajatnya dibandingkan dengan obat modern. Menurut, banyak faktor penyebabnya antara lain, terdapat kecendrungan dunia kedokteran di Indonesia masih berorienasi dan berkiblat kepada dunia medik ala barat, yakni belum sepenuhnya melirik dunia medik ala timur yang cendrung menggunakan obat-obatan alami.
‘’Saya dan rekan-rekan pengusaha jamu selalu mendorong dan mendesak pemerintah agar jamu dapat dijadikan sebagai salah satu metode pengobatan dan bukan sekadar alternatif. Jamu harus disejajarkan dengan obat farmasi. Artinya, kalau sudah minum jamu, orang tak usah lagi minum obat farmasi,’’ katanya.
Memang, kata Boss Jamu Nonya Meneer, agenda GP Jamu adalah senantiasa menumbuhkan kreativitas para pengusaha jamu dan obat-obatan tradisional untuk menguasai pasar internasional. Misalnya, mulai memproduksi jamu dalam bentuk cair ataupun kapsul, karena Charles optimis jamu dan obat-obatan tradisional akan tetap punya penggemar tersendiri.

GP Jamu di Indonesia beranggotakan industri obat tradisional besar dan kecil, usaha jamu racikan, usaha jamu gendong, penyalur, pengecer termasuk usaha bidang simplisia. Menurut data pada tahun 2004 tercatat ada sebanyak 1166 Industri Obat Tradisional terdiri dari 129 Industri kategori besar (IOT) dan selebihnya sebanyak 1037 adalah industri kecil obat tradisional (IKOT) termasuk industri rumah tangga.
Dari jumlah itu, 750 diantaranya terdiri dari 129 industri obat tradisional (IOT) dan selebihnya sebanyak 621 adalah industri kecil obat tradisional (IKOT) telah dibina oleh GP Jamu di 14 propinsi. Sedangkan selebihnya, belum dapat dibina antara lain di propinsi Riau, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat dan Maluku. ‘’Kami rencananya dalam waktu dekat di 4 propinsi akan membentuk pengurus DPD GP Jamu,’’jelasnya.
Namun demikian, Charles juga mengakui, masih banyak yang dihadapi GP Jamu misalnya saja dalam bidang penelitian obat tradisional, bidang pendidikan, bidang sosialisasi obat herbal terstandart & fitofarmaka, masalah jamu yang mengandung kimia, ekspor jamu dan lain-lain.’’Melalui Rakernas inilah bagaimana kita mencarikan solusi serta menyatukan persepsi untuk mensosialisasikan jamu dalam pelayanan kesehatan tentunya dengan dukungan yang maksimal dari pemerintah khususnya Departemen Kesehatan dan Pengawas Obat dan Makanan,’’ katanya.
Selain itu lanjut Charles, dengan adanya harmonisasi Asean 2010 ini, merupakan tantangan yang harus dihadapi bersama, sebab negara-negara lain sedang berlomba-lomba membangun dan mengembangkan obat herbal. Jika lengah maka akan mengancam industri obat Indonesia, maka itu harus dilakukan langkah-langkah antisipasi yang tepat dan konfrehensif.“Bagaimanapun menjelang AFTA, kita butuh kerja sama yang baik antara pengusaha kecil dan juga besar,” tegasnya. (Reporter Agus Salam/Beny Uleander
/KPO EDISI 85/JULI 2005)

Beny Uleander

About Beny Uleander -

Beny Ule Ander, wartawan dan penulis di Denpasar, Bali. Kini fokus menulis potensi-potensi positif warga NTT diaspora di Bali yang bergabung dalam paguyuban Flobamora Bali.

Subscribe to this Blog via Email :