Minggu, Juli 03, 2005

Beny Uleander

Kelainan Seksual Bukan Penyakit Menular

Psikolog Retno IG Kusuma

Berbicara mengenai waria, lesbian dan gay kedengarannya sangat menggelitik. Memang di jaman sekarang masih banyak orang yang belum bisa menerima adanya kelainan seksual seseorang baik cowok kecewek-cewekan atau sebaliknya. Namun hal tersebut tidak bisa dipungkiri, karena komunitas kaum waria, lesbian dan gay memang ada di belahan bumi manapun. Apa yang sebenarnya terjadi pada diri mereka? Apakah hal tersebut bersifat alamiah atau karena dorongan sebuah komunitas? Untuk mengetahui jawabannya, berikut ini merupakan cuplikan wawancara dengan seorang psikolog anak Retno IG Kusuma.

Banyak orang mengatakan bahwa kelainan seksual seperti waria, lesbian dan gay adalah penyakit, menurut Anda?

Kelainan bukan penyakit tapi satu ganguan yang disebut gangguan kepribadian. Dulu dikenal dengan gangguan perkembangan. Gangguan ini terjadi karena kurangnya penanaman kepribadian oleh orangtua. Kemudian, gangguan tersebut menjadi suatu kebiasaan yang menetap seperti waria atau bencong.

Apakah gangguan tersebut sudah bisa kita lihat sejak kecil?

Terkadang gangguan ini sudah bisa kita lihat dari kecil. Misalnya anak cowok yang kelihatan feminim dengan menyukai boneka, cowok tapi mungkin suka masak, dan prilakunya juga lemah gemulai. Kemudian dia juga suka menari dibanding olah raga, atau kecenderungan lain dimana dia lebih menyukai permainan ke arah-arah feminim. Sebenarnya orang tua sudah bisa memahami itu. Tapi terkadang ada orang tua yang karena suatu ketakutan yang berlebihan hingga melakukan tindakan di luar batas. Saking ketakukan, mereka pun marah dengan mengatakan ‘kamu jangan bertingkah seperti cewek’. Tapi tindakan tersebut akan membuat anak merasa berada di bawah suatu tekanan (otorita) yang luar biasa, sehingga anak tersbeut bisa bertindak diluar batas kesadaran yang mungkin akan muncul saat mereka beranjak dewasa.

Lalu bagaimana tindakan orang tua sebaiknya?

Orang tua tidak harus menekan dan tidak juga membiarkan tapi mensuport dan harus mengarahkannya secara pelan-pelan. Misalnya dia suka menari tapi diajarkan menari yang kearah maskulin mungkin juga diimbangi dengan olah raga yang maskulin kemudian cara bersikap yang maskulin. Tapi kadang orang tua terlalu memaksa sehingga anak sendiri merasa tertekan itulah bahayanya, dan kemungkinan anak ini akan menyimpan keinginannya. Misalnya saja kita dilarang berkeinginan untuk memiliki sesuatu, tapi karena dilarang kita akan memendamnya dalam hati. Dan anak-anak pun seperti itu. Keinginan mereka pasti akan muncul setelah dewasa. Dan kalau sudah dewasa akan sangat sulit untuk dipulihkan.

Itu artinya perubahan mereka alamiah?

Perubahan memang terjadi secara genetik. Mereka merasa terlahir salah, perasaan mereka seperti perempuan tapi tubuh mereka seperti laki-laki atau begitu sebaliknya, sehingga sering terjadi pertentangan atau konflik, itu sebabnya kita tidak bisa memaksakan mereka. Seperti kata anak Reggy Lawalata ‘masalah fisik bisa dirubah tapi hati sulit dirubah’. Kembali lagi ke gaya mereka. Bahagiakah mereka dengan gaya seperti itu.

Bisakah perubahan tersebut dicegah?

Kalau memang terjadi secara genetik atau dari dalam kadang-kadang agak sukar untuk dirubah dan mau tidak mau orang tua harus menerima kelainan seksual ini. Tapi itulah kondisinya, jika orang tua sudah berusaha semaksimal mungkin dan si anak memang tidak bisa berubah, itu memang sudah dari sananya. Kalau sudah tulisan Tuhan tidak akan bisa dirubah. Seperti halnya Oskar Lawalata, meski ibunya sudah berusaha untuk mengarahkannya untuk berprilaku maskulin tapi tetap tidak bisa dirubah.

Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap perubahan tersebut?

Masing-masing orang memiliki gejala kearah biseksual. Setiap orang memiliki potensi kearah sana misalnya homo. Cuman apakah kita benar-benar mau mengarah ke sana? Hal ini sangat tergantung dengan kepribadian yang kita miliki. Kalau kita memang sudah memiliki suatu konsep bahwa kita adalah orang yang normal, no problem. Tidak akan bermasalah, karena itu bukan menyakit menular.

Adakah kemungkinan orang yang sudah mengecap dirinya sebagai waria bisa berubah normal?

Kalau ada niat utuk berubah, kemungkinan itu sangat ada. Cuman jika mereka sudah merasakan ketenangan dan kesenangan, untuk merubah diri seperti yang diinginkan masyarakat akan sangat sulit. Kemungkinan memang sangat ada jika mereka memiliki kemauan. Tapi jika lingkungan sudah mengecap mereka seperti itu, mungkin jalan satu-satunya adalah dia harus meminggalkan lingkungan tersebut dan mencari tempat baru, seperti lahir kembali atau Reborn tentang dirinya. Tapi saya ingin menegaskan bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Kalau mereka mau hidup normal, sangat mungkin sekali.

Saat ini masih banyak masyarakat yang belom bisa menerima kelainan seksual yang terjadi?

Sekarang masih banyak masyarakat yang tidak menerima mereka. Jangankan disini, Ingris, Amerika yang orang begitu demokratnya dan liberalnya saja masih juga ada masyarakat yang konservatif tidak bisa menerima karena apa? Kalau dilihat dari sudut agama itukan sangat bertentangan. Seperti suatu kutukan. Tapi kita lihat dari hak-hak manusia. Itu adalah hak mereka. (Made Sutami/Beny Uleander/KPO EDISI 85/JULI 2005)

Beny Uleander

About Beny Uleander -

Beny Ule Ander, wartawan dan penulis di Denpasar, Bali. Kini fokus menulis potensi-potensi positif warga NTT diaspora di Bali yang bergabung dalam paguyuban Flobamora Bali.

Subscribe to this Blog via Email :