Menakar Kualitas Final
Dunia kasting kini naik daun seiring dengan kesuksesan berbagai rumah produksi melahirkan bintang iklan, top model, presenter dan bintang film yang berkualitas. Langkah audisi-kasting dengan segala prosesnya untuk menjaring aktor dan aktris berbakat di berbagai daerah harus dimaknai sebagai wadah membenihkan apresiasi seni. Sehingga kualitas karakter lebih diutamakan ketimbang ornament kecantikan atau kegantengan semata. Lahir harapan, dunia keartisan tidak disesaki remaja yang sekedar numpang lewat dengan menjual tampang.
Gemerlap dunia selebritis dengan segala kemewahannya ternyata menyihir sebagian remaja
Pemilihan pemeran untuk membintangi suatu film atau sinetron dalam satu acara audisi disebut kasting. Kaster adalah orang yang bertugas melakukan seleksi. Kaster adalah kelompok ahli yang memiliki proyeksi, kategori bentuk fisik, mental dan karakter kepribadian tokoh yang dikehendaki oleh script atau skenario.
Aspek spesifik yang dicari saat kasting adalah fisik, karakter dan kepribadian peserta kasting. Tiga hal ini terkait erat dengan kebutuhan kamera, agar film atau sinetron yang lebih menekankan ekspresi dengan bahasa gambar, tak menjadi terlalu cerewet dengan dominasi kata.
Kini kasting telah menjadi lahan bisnis yang menjanjikan. Rumah produksi (production house) bertebaran bak cendawan di musim hujan. Proses audisi selalu ditandai dengan gebyar dan kemeriahan termasuk final Bali Casting 2005 yang melahirkan 10 nominator. Puluhan remaja putera-puteri berkumpul mengadu nasib dengan harapan dirinya bisa terpakai.
Menurut Ketua Panitia Bali Casting 2005, Arief Martha memang tidak gampang menjadi pemain senetron/film yang profesional. Selain karakter dan penjiwaan yang kuat, peserta kasting juga harus memiliki kamera face, kemampuan sikap tubuh (gesture) dan kemampuan berbahasa. "Penilaian sangat tergantung dari penjiwaan dan karakter mereka.
Sementara presenter jenaka Irfan Hakim, yang sempat dijuluki Raja Kasting, menilai dunia kasting dengan segala prosesnya seperti penjiwaan karakter individu, tingkah lucu, vulgaritas, realisme dan teaterikal merupakan bagian dari berkesenian. Artinya, kemampuan berakting dan penjiwaan karakter berdasarkan script wujud apresiasi seni.
Kasting juga di mata raja rapper Indonesia Iwa K merupakan lahan persemaian bakat seni. Karena itu, pemilik nama lengkap Iwa Kusuma ini prihatin bila sasaran remaja mengikuti kasting adalah ketenaran sebagai selebritis semata. "Biasanya artis atau aktor yang instan tidak bertahan lama. Sebab mereka tidak melalui proses alamiah pencarian bakat," tandas lajang berusia 35 tahun ketika tampil bersama bintang KDI 2 di Padanggalak, Denpasar, malam Minggu (24/9).
Remaja yang mengikuti proses kasting setidaknya memiliki sebuah persepsi atau filosofi nilai berkesenian. Menurut Silvira Citra, salah satu bintang KDI 2 perwakilan
Pada akhirnya, audisi-kasting yang kerap ditandai dengan acara gebyar gemerlap padat sponsor dan berkumpulnya ratusan wanita cantik dan pemuda ganteng dari mana-mana tetaplah sebuah lahan apresiasi dan ekspresi berkesenian.
Bali Casting 2005 tetaplah harus menjadi ladang berkreasi bagi bibit-bibit remaja