Sabtu, Desember 24, 2005

Beny Uleander

Perlu Bangun Image Sekaligus Produk

Recovery Pariwisata Bali
Sudah dua kali, Bali diguncang bom yang oleh kalangan media disebut dengan bom Bali I dan II. Akibat langsung dari dua peristiwa yang memilukan ini adalah anjloknya kunjungan wisatawan ke Bali. Hal ini sangat berpengaruh terhadap berbagai sektor lainnya, misalnya ekonomi, pendapatan, tenaga kerja, keamanan. Pada bom Bali Oktober 2004, tingkat kunjungan wisatawan anjlok seketika tetapi dalam waktu yang relatif singkat sudah pulih bahkan melejit dengan sangat pesat. Bahkan tahun 2004 adalah tahun rekor tertinggi dalam sejarah untuk jumlah kunjungan wisatawan ke Bali. “Kondisi ini sudah menuju ke recovery pariwsata Bali akibat bom Bali I, yang berjumlah 1.453.000-an orang atau naik lebih dari 60-70%. Namun kondisi ini tidak berlangsung lama karena meletusnya peristiwa bom Bali II,” ungkap Nurjaya, Kepala Dinas Pariwisata Propinsi Bali.

Pada peristiwa bom Bali II, kondisi kunjungan tidak langsung anjlok seketika, tetapi menurun secara perlahan-lahan. Harapan dan prediksi dari berbagai kalangan agar kondisi serupa bisa terjadi seperti pada peristiwa bom Bali I sia-sia. Sepinya tamu yang berkunjung ke Bali menjadi keluhan klasik para pelaku hotel, travel agen, pemilik art shop, para sopir dan berbagai usaha jasa lainnya. Banyak kamar hotel ibarat gua dingin tanpa penghuni. Data terakhir menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan menurun hingga 2.000 orang perhari dari 4.500 orang perhari. Angka ini mungkin terus akan merosot bila tidak segera disolusi secara bijakasana oleh berbagai kalangan yang berkompeten di dalamnya.

Menurut Nurjaya, kondisi pariwisata Bali akan pulih dengan membangun image bagi masyarakat umumnya yang disertai dengan penataan produk-produk baru dari berbagai aset wisata. Perlunya membangun image disebabkan isu sentral yang berkembang adalah keamanan yang tidak kondusif. Padahal dari segi keamanan sudah mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini terbukti dengan tertangkapnya gembong teroris Dr. Azhari, terungkapnya kasus ledakan bom Jimbaran dan Kuta, terbentuknya Badan Potensi Pengamanan Daerah, dan bahkan sekarang ada tambahan 6.000 personil polisi yang ditempatkan di Bali, serta bantuan intelijen TNI untuk memperkuat intelijen Polri. “Kita mengakui bahwa fakta di lapangan menunjukkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan sepi, tetapi kita mesti menunjukkan kepada dunia tentang berbagai hal yang kita lakukan untuk pemulihan kondisi yang ada,” ungkap Nurjaya optimis.

Nurjaya mengakui masih lemahnya para Public Relation untuk giat promosi di luar negeri, dalam rangka menggarap pasar-pasar baru selain pasar lama yang telah digarap. Sasaran pasar baru terutama Cina dan India, sedangkan pasar lama adalah Australia, Jepang, Korea, Jerman, Perancis. Dalam kondisi seperti sekarang, alternatif terbaik adalah mendorong wisman lokal untuk datang ke Bali. Survei membuktikan banyak orang Indonesia yang tidak mengenal wilayah lain selain wilayahnya sendiri. Kondisi ini membuat pemerintah SBY menghimbau agar orang lebih banyak berlibur ke Bali. Akibatnya, para pelaku pariwisata Bali harus lebih mengutamakan produk-produk lokal yang bisa dinikmati tamu lokal. (Arnold Dhae & Beny Uleander)

Beny Uleander

About Beny Uleander -

Beny Ule Ander, wartawan dan penulis di Denpasar, Bali. Kini fokus menulis potensi-potensi positif warga NTT diaspora di Bali yang bergabung dalam paguyuban Flobamora Bali.

Subscribe to this Blog via Email :