Minggu, Agustus 10, 2008

Beny Uleander

Biarkan Anak Panah Melejit

IGA Diah Fridari, S.Psi.
Berbicara lugas, cerdas dan penuh perhatian. Itulah gaya komunikasi yang dibangun praktisi psikologi industri dan organisasi IGA Diah Fridari, S.Psi. Saat disinggung dunia tumbuh kembang anak, ibu tiga anak itu dengan sigap menanggapi. Anak-anak adalah sosok kepribadian otonom. Mereka memiliki karakter dan kepribadian sendiri. “Ya seperti ditulis penyair Khalil Gibran, anak itu ibarat anak panah yang dibiarkan melejit,” tukas Diah, demikian sapaannya.
Karena itu, orangtua tak perlu membentuk sepenuhnya kepribadian anak sesuai selera ayah ibu. “Memang ada teori tabula rasa. Anak seperti kertas kosong, tapi sebenarnya dalam diri anak ada potensi karakter yang bakal bertumbuh,” urai Diah yang menyelesaikan Magister Profesi Psikologi Unair Surabaya 2006 lalu.
Lantas wanita kelahiran Denpasar, 2 Februari 1974 silam itu mengusulkan orangtua lebih menerapkan pola pengasuhan otoratif yang mengutamakan cinta orangtua tanpa pamrih kepada anak. Ada komunikasi yang terbangun antara anak dan orangtuanya. Selain itu, anak dibawa ke arah empati sehingga anak kelak memiliki kecakapan sosial. Tentunya berbeda dengan pola asuh otoriter atau permisif yang serba membolehkan anak tanpa disiplin. “Orangtua harus jadi pendamping dengan rasa respek kepada anak dan memandang dunia dari sudut pandang anak,” saran istri dr IB Krisna Wiweka itu.
Selain memperhatikan faktor gizi dan makanan anak, Diah Fridari, mengajak orangtua memperhatikan kesehatan psikis anak. Pola pendampingan orangtua berpengaruh pada pertumbuhan mental anak. “Pikiran itu sumber penyakit. Stres dan depresi terjadi karena pikiran. Memang sih ada virus dan bakteri yang mendatangkan penyakit,” ujarnya.
Diah lebih menekankan pendampingan orangtua yang membuat anak memiliki konsep diri yang matang. “Anak-anak jadi lebih optimis secara mental bukan kognitif. Kita lihat saja anak-anak yang tinggal di panti asuhan melihat kasih sayang sebagai barang yang mahal. Akibatnya secara psikologis timbul penolakan terhadap diri sendiri yang terungkap dalam sikap agresif, psikopat atau minder sebagai mekanisme pembelaan diri dari rasa tidak nyaman atau kompensasi,” urainya lagi. (KPO/EDISI 158/AGUSTUS 2008)

Beny Uleander

About Beny Uleander -

Beny Ule Ander, wartawan dan penulis di Denpasar, Bali. Kini fokus menulis potensi-potensi positif warga NTT diaspora di Bali yang bergabung dalam paguyuban Flobamora Bali.

Subscribe to this Blog via Email :