Selasa, Juli 20, 2004

Beny Uleander

Desa Bengkel, Tempat Menggagas Pertanian Organik

Akhir abad ke-20, penghuni dunia tercengang bahwa alam dan lingkungan tempat hidup mereka kini rusak parah akibat keserakahan ‘ideologi eksploitasi alam’. Kekayaan alam dikuras atas nama kebutuhan manusia. Bayangkan setiap tahun ribuan hektar hutan di dunia jadi gundul akibat penebangan liar dan pembakaran hutan.
Bahaya bocornya lapisan ozon yang ditakuti menjadi kenyataan berupa meningkatnya suhu bumi berujung pada dehidrasi yang menimpa masyarakat sekitar India setahun silam. Selain itu, bencana kekeringan dan banjir menjadi berita headline yang tak pernah basi dan ribuan hektar lahan pertanian terancam tandus karena penggunaan pupuk pestisida yang menghancurkan unsur hara dalam tanah.
Di tengah kegelisahan akan masa depan kelestarian alam dan kelangsungan hidup penghuni dunia, hadir seorang ilmuwan bidang Hortikultural dari Universitas Ryukyus, Okinawa, Jepang, Prof Dr Teruo Higa yang turun dari menara gading teoritis dan merintis teknologi Effective Microorganism (EM) sebagai pintu pengembangan pertanian organik yang murah dan ramah lingkungan.
Pengembangan teknologi EM dilakukan Prof Higa lewat penelitian dan percobaan di gedung laboratorium dan diterapkan di lahan kebun. Hasilnya, penemuan super gemilang ini membuat kesengsem seorang mahasiswanya asal Indonesia, Dr Ir GN Wididana, M. Agr untuk mendalaminya dan mengembangkan EM di Indonesia.
Teknologi EM adalah teknologi akrab lingkungan yang dapat diterapkan dalam bidang pertanian terpadu yang meliputi bidang pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, pengolahan limbah dan kesehatan. Teknologi ini menggunakan berbagai sumber daya alam yang selama ini tidak dimanfaatkan (dibuang) menjadi bahan yang berguna dan memiliki nilai tambah. Pada tahun 1990, Wididana kelahiran Buleleng perkenalkan teknologi EM di Indonesia melalui Yayasan Indonesian Kyusei Nature Farming Societies (IKNFS). Amat banyak tantangan bahkan tertawaan kaum cerdik pandai yang harus ditelannya dengan kesabaran disertai keyakinan bahwa teknologi ini merupakan kebutuhan dunia saat ini.
IKNFS adalah sebuah yayasan yang bergerak di bidang penelitian dan pembangunan pertanian akrab lingkungan khususnya Teknologi EM. Selain pelatihan, IKNFS juga melakukan penyuluhan kepada petani dan kelompok tani serta praktisi pertanian lainnya yang berminat terhadap pertanian organik dan kelestarian lingkungan.
Dalam tahun yang sama dibentuklah PT Songgolangit Persada guna memasarkan EM ke seluruh Indonesia, sesuai peraturan di Indonesia harus ada perbedaan antara produksi dan pemasaran. Dengan dibentuknya PT Songgo Langit Persada, untuk urusan pemasaran menjadi tugasnya sedangkan IKNFS konsentrasi pada produksi, penelitian dan pengembangan.
Sejalan dengan perkembangan pemanfaatan teknologi EM yang kain pesat, dibutuhkan pusat pendidikan, pelatihan dan pengembangan teknologi ini. Untuk itu didirikanlah Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) pada tahun 1997. Lokasinya harus di desa yakni Bengkel, Kecamatan Busungbiu, Buleleng atau sekitar 125 KM Utara Kota Denpasar. Sebagai Training Centre Tecnology EM, tahun 2003, Pusat Pendidikan Kilat (Pusdiklat) IPSA sudah menamatkan 2.467 siswa dari Sabang sampai Merauke termasuk negara Timor Leste. Tercatat, seorang lulusan IPSA Bengkel angkatan XII asal Lampung Utara, Ny Rose Sudjatmo sukses menerapkan teknologi mikro organisme EM di daerahnya dengan karyawan mencapai ratusan orang.
Tugas utama IPSA adalah mendidik dan melatih petani, profesional agribisnis, peneliti, penyuluh pertanian, widyaswara, mahasiswa dan pengusaha yang memiliki minat dalam pengembangan pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan teknologi EM. Di tempat inilah tercatat sejarah digelarnya Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I Divisi Industri Kecil Obat-obatan Tradisional PT Karya Pak Oles Tokcer, yang dihadiri seluruh jajaran direksi, kepala cabang dan unit se Indonesia, pada 15-17 Juli 2003. (Beny Uleander/KPO EDISI 63/MINGGU I AGUSTUS 2004)

Beny Uleander

About Beny Uleander -

Beny Ule Ander, wartawan dan penulis di Denpasar, Bali. Kini fokus menulis potensi-potensi positif warga NTT diaspora di Bali yang bergabung dalam paguyuban Flobamora Bali.

Subscribe to this Blog via Email :