Rabu, November 30, 2005

Beny Uleander

Film Ciptakan Perilaku Positif Masyarakat

3RD Bali International Film Festival 2005

Film merupakan media hiburan, informasi dan pendidikan. Sebagai cabang seni, film secara fungsional bernilai strategis dalam memberikan pengaruh tertentu terhadap perilaku ataupun pembentukan watak manusia. Bila penyajian sebuah hasil karya perfilm tidak mengacu pada akar nilai budaya yang positif akan menimbulkan dampak negatif dalam perilaku masyarakat.

Selain itu, dunia film merupakan pintu masuk pemahaman akan perbedaan kebudayaan, keanegarakan suku dan nilai-nilai budaya setiap suku bangsa. Kesadaran ini yang mendorong Swadeshi Bali Fashion menyelenggarakan 3RD Bali International Film Festival 2005. “Lewat festival ini kami berusaha memutar film-film dari negara lain yang tidak dapat dinonton masyarakat umum. Dengan harapan, lewat film tersebut masyarakat dapat mengenal budaya dan kekayaan cara hidup bangsa-bangsa lain,” tutur AA Ngrh Arya Wedakarma MWS, SE, Ms,I selaku Presiden Mahendratta Bali Holding Organization dalam acara penutupan festival ini Bali Hilton International, Nusa Dua.

Dalam laga penutupan ini, dewan juri pun mengumumkan nominasi kategori film Indonesia. Kategori scenario terbaik diraih film Gie (Miles) mengalahkan Janji Joni (Kalyana Shira), Untuk Rena (Miles), Banyu Biru (Salto), dan Catatan Akhir Sekolah (Rexinema).

Kategori aktor terbaik jatuh pada Rizky Hanggono dalam Ungu Violet (Sinemart) menyingkirkan Nocholas Saputra “Gie”.

Sedangkan artis terbaik ditorehkan Cornelia Agatha dalam Detik Terakhir (Indika). “Saya mendedikasikan penghargaan ini kepada dunia pariwisata Bali agar kembali bangkit,” ujar Cornelia Agatha usai menerima penghargaan didampangi pengacara dan aktor Ruhut Sitompul.

Sementara Detik Terakhir (Indika) dinobatkan sebagai film terbaik. Untuk best director diraih Joko Anwar dalam Janji Joni (Kalyana Shira). Untuk soundract terbaik dipilih Bad Wolves (BDI). Kategori film internasional terbaik diraih Swhaas dari India.

Festival Film Bali Internasional ini menurut Dr Mukhlis Paeni dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata menjadi tonggak kebangkitan dan tantangan industri perfilm di Indonesia agar bisa bersaing dengan film-film impor dari luar negeri yang memang unggul dalam kualitas dan sarana. Film Indonesia harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Sebelumnya, 3RD Bali International Film Festival 2005 menyelenggarakan road show di tiga tempat yaitu Candidasa, Denpasar, Ubud dan Lovina. Acara diisi dengan seminar seputar industri dunia perfilm, diskusi dan pemutaran film. (Beny Uleander/KPO EDISI 94/ November 2005)

Beny Uleander

About Beny Uleander -

Beny Ule Ander, wartawan dan penulis di Denpasar, Bali. Kini fokus menulis potensi-potensi positif warga NTT diaspora di Bali yang bergabung dalam paguyuban Flobamora Bali.

Subscribe to this Blog via Email :