3RD
Film merupakan media hiburan, informasi dan pendidikan. Sebagai cabang seni, film secara fungsional bernilai strategis dalam memberikan pengaruh tertentu terhadap perilaku ataupun pembentukan watak manusia. Bila penyajian sebuah hasil karya perfilm tidak mengacu pada akar nilai budaya yang positif akan menimbulkan dampak negatif dalam perilaku masyarakat.
Selain itu, dunia film merupakan pintu masuk pemahaman akan perbedaan kebudayaan, keanegarakan suku dan nilai-nilai budaya setiap suku bangsa. Kesadaran ini yang mendorong Swadeshi Bali Fashion menyelenggarakan 3RD Bali International Film Festival 2005. “Lewat festival ini kami berusaha memutar film-film dari negara lain yang tidak dapat dinonton masyarakat umum. Dengan harapan, lewat film tersebut masyarakat dapat mengenal budaya dan kekayaan cara hidup bangsa-bangsa lain,” tutur AA Ngrh Arya Wedakarma MWS, SE, Ms,I selaku Presiden Mahendratta Bali Holding Organization dalam acara penutupan festival ini Bali Hilton International, Nusa Dua.
Dalam laga penutupan ini, dewan juri pun mengumumkan nominasi kategori film
Kategori aktor terbaik jatuh pada Rizky Hanggono dalam Ungu Violet (Sinemart) menyingkirkan Nocholas Saputra “Gie”.
Sedangkan artis terbaik ditorehkan Cornelia Agatha dalam Detik Terakhir (Indika). “Saya mendedikasikan penghargaan ini kepada dunia pariwisata
Sementara Detik Terakhir (Indika) dinobatkan sebagai film terbaik. Untuk best director diraih Joko Anwar dalam Janji Joni (Kalyana Shira). Untuk soundract terbaik dipilih Bad Wolves (BDI). Kategori film internasional terbaik diraih Swhaas dari
Festival Film Bali Internasional ini menurut Dr Mukhlis Paeni dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata menjadi tonggak kebangkitan dan tantangan industri perfilm di Indonesia agar bisa bersaing dengan film-film impor dari luar negeri yang memang unggul dalam kualitas dan sarana. Film
Sebelumnya, 3RD Bali International Film Festival 2005 menyelenggarakan road show di tiga tempat yaitu Candidasa, Denpasar, Ubud dan Lovina. Acara diisi dengan seminar seputar industri dunia perfilm, diskusi dan pemutaran film. (Beny Uleander/KPO EDISI 94/ November 2005)