Sabtu, September 10, 2005

Beny Uleander

Kritik Sosial Dalam Kartun Cece Riberu

Pribadi yang dewasa dan matang, kelompok atau bangsa yang besar akan kian sempurna bila dikritik. Namun cara mengkritik itulah yang perlu diperhatikan agar bisa diterima. Kritik yang tidak membangun bisa mendatangkan reaksi negatif. Misalnya, orang akan merasa tersinggung, malu, muncul reaksi pembelaan diri dengan memakai kekuasaan dan senioritas. Singkatnya, orang lebih memahami kritik sebagai usaha mencari kelemahan pihak lain dan atau sebagai strategi licik untuk menjatuhkan seseorang.

Padahal, kritik sosial adalah penilaian ilmiah dan pengujian terhadap sikon yang tercecer. Berhadapan dengan fenomena ini, solusi terbaik adalah kritik dengan menggunakan bahasa yang santun dan jenaka agar bisa dipahami seluruh lapisan masyarakat. Jenis kritik seperti ini rupanya hanya ada dalam kartun. Kartun bisa berfungsi sebagai jembatan dialog nan dinamis dalam masyarakat dan artikulasi segala persoalan yang terjadi. Untuk itu, seorang seniman kartun perlu berwawasan luas dan peka terhadap persoalan hidup dan kehidupan manusia dengan mengandalkan kemampuan reflektif analitif. Adalah Cece Riberu, seorang kartunis dalam “The Passion of Me”.

Dalam karyanya, kartunis kelahiran Denpasar 1967 ini ingin membahasakan sebuah dialog antara budaya kapitalis yang menghambat budaya Bali. Budaya kapitalis sekarang sedang masuk Bali dan bahkan sedang menggerogoti budaya Bali dari dalam. Nilai-nilai budaya Bali kian hari kian merosot. Anehnya, ini tidak disadari orang Bali sendiri, bahkan tertawa ketika dipasung budaya kapitalis. Orang Bali tertawa di atas penderitaan budayanya sendiri,” tutur Riberu yang pernah menjadi design Karikatur SCTV Jakarta tahun 1994.

Benar apa yang dilukiskan Riberu. Kini, Bali sedang dikepung dari berbagai sudut. Perkonomian, industri, teknologi informasi dan perputaran uang banyak dikuasai orang asing. Degradasi dalam berbagai nilai kemanusiaan sedang melanda Bali. Ada narkoba, seks bebas, kekerasan dan pembunuhan, perjudian, urbanisasi, kemiskinan, pencemaran lingkungan hidup dan setumpuk persoalan klasik lain. (Beny Uleander & Arnold Dhae/KPO EDISI 89/OKTOBER 2005)

Beny Uleander

About Beny Uleander -

Beny Ule Ander, wartawan dan penulis di Denpasar, Bali. Kini fokus menulis potensi-potensi positif warga NTT diaspora di Bali yang bergabung dalam paguyuban Flobamora Bali.

Subscribe to this Blog via Email :