Selasa, Oktober 25, 2005

Beny Uleander

Hingga Juni 2005 Ada 349 ATM Di Bali

Perkembangan Perbankan Di Bali

Kredit yang dikucurkan bank umum di Bali sampai Juni 2005 mencapai 8.726 milyar sedangkan kredit UMKM mencapai 7.597 .Secara kelembagaan bank umum di Bali mengalami peningkatan jumlah dari 38 bank pada Maret 2005 menjadi 39 bank pada posisi Juni 2005 yaitu penambahan Bank Commonwealth yang berkantor pusat di Australia. Sedangkan kantor bank umum sampai Juni 2005 mencapai 313 kantor dengan rincian tiga kantor pusat, 72 kantor cabang, 156 kantor cabang pembantu dan 82 kantor kas. Peningkatan kantor bank diikuti dengan peningkatan jumlah ATM dari 329 ATM pada Januari 2005 menjadi 349 pada Juni 2005. Peningkatan tersebut berasal dari penambahan ATM di Kota Denpasar sebanyak 17 ATM. Dana masyarakat atau dana pihak ketiga (DPK) yang terhimpun sampai Juni 2005 mencapai Rp 16.065 milyar atau meningkat 4,95% sejak Maret 2005. Dengan perincian tabungan sebesar 44,05% diikuti deposito sebesar 31,84%.

Berdsarkan golongan pemilik berasal dari pemda sebesar 9,01%, diikuti badan/lembaga pemerintah sebesar 25%, pemerintah pusat sebesar 67,03%, peeroorangan sebesar 4,73%, perusahaan swasta sebesar 8,82%, perusahan asuransi 20,15% dan koperasi 3,45%.

Besarnya DPK yang dihimpun bank umum konvensional di Bali pada skala Rp 5 miliar – Rp 500 miliar. Ini berarti sebagian besar bank umum di Bali merupakan bank-bank kecil karena hanya mampu menghimpun dana di bawah Rp 500 miliar sebesar 75%, sedangkan yang mampu menghimpun dana di atas Rp 500 miliar hanya sebesar 25% saja. Kondisi ini tidak terlepas dari dominasi simpanan masyarakat pada bank umum di Bali yang didominasi perorangan sebesar 74,34%.

Sementara kredit yang disalurkan bank umum sampai April - Juni 2005 mencapai Rp 8.726 miliar atau meningkat 7,79% disbanding Jamuari – Maret 2005. Pertumbuhankredit diikuti dengan perbaikan kualitas kredit yang tercermin dari NPL (non performing loan) gross dari 2,10% menjadi 3,20%. Kredit modal kerja mencapai 3.512, untuk investasi 1.440 dan konsumsi 3.774 miliar.

Komitmen perbankan untuk membantu pelaku usaha terlihat meningkat. Ini tercermin pada peningkatan plafond kredit perbankan pada Juni 2005 sebesar 10.021 miliar, 87,07% telah disalurkan perbankan sehingga total kredit yang belum ditarik pada triwulan II 2005 sebesar 15,44%. Ini barometer berjalannya fungsi intermediasi perbankan dan menunjukkan komitmen yang kuat baik dari pelaku usaha maupun perbankan untuk merealisasi dana menganggur tersebut. Sebagian besar bank umum di Bali hanya mampu mengucurkan kredit di bawah 50 Miliar . Sedangkan hanya empat bank yang mampu menyalurkan kreditnya di atas Rp 500 miliar. (Beny Uleander/KPO EDISI 93/November 2005)

Read More
Beny Uleander

Hanya 4 Bank Salurkan Kredit Di Atas 500 Miliar

Perkembangan Bank Umum Di Bali

Data Bank Indonesia Denpasar menunjukkan, perkembangan BPR di Bali hingga Juni 2005 cukup menggembirakan. Kredit yang dikucurkan mencapai Rp 8.726 milar atau meningkat sebesar 7,79% dibanding triwulan sebelumnya (posisi Maret).

Dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun bulan Juni 2005 mencapai Rp 16.065 milyar atau meningkat 4,95 persen dibanding posisi Maret 2005. Peningkatan ini berasal dari deposito sebesar 31,84 persen (rp 5.114 miliar), giro sebesar 24,12 persen (Rp 3.875 miliar) dan komponen tabungan sebesar 44,05 persen (Rp 7.076 miliar).

Berdasarkan golongan pemilik berasal dari pemda sebesar 9,01%, diikuti badan/lembaga pemerintah sebesar 25%, pemerintah pusat sebesar 67,03%, perorangan sebesar 4,73%, perusahaan swasta sebesar 8,82%, perusahan asuransi 20,15% dan koperasi 3,45%.

Besarnya DPK yang dihimpun bank umum konvensional di Bali pada skala Rp 5 miliar - Rp 500 miliar. Ini berarti sebagian besar bank umum di Bali merupakan bank-bank kecil karena hanya mampu menghimpun dana di bawah Rp 500 miliar sebesar 75%, sedangkan yang mampu menghimpun dana di atas Rp 500 miliar hanya sebesar 25% saja. Kondisi ini tidak terlepas dari dominasi simpanan masyarakat pada bank umum di Bali yang didominasi perorangan sebesar 74,34%. Peningkatan tersebut mendorong peningkatan Loan deposit ratio (LDR) bank umum di Bali dari 52,88% menjadi 54,32%.

Pertumbuhan kredit diikuti dengan perbaikan kualitas kredit yang tercermin dari NPL (non performing loan) gross dari 2,10% menjadi 3,20%. Kredit modal kerja mencapai 3.512, untuk investasi 1.440 dan konsumsi 3.774 miliar.

Komitmen perbankan untuk membantu pelaku usaha terlihat meningkat. Ini tercermin pada peningkatan plafond kredit perbankan pada Juni 2005 sebesar 10.021 miliar, 87,07% telah disalurkan perbankan sehingga total kredit yang belum ditarik pada triwulan II 2005 sebesar 15,44%. Ini barometer berjalannya fungsi intermediasi perbankan dan menunjukkan komitmen yang kuat baik dari pelaku usaha maupun perbankan untuk merealisasi dana menganggur tersebut. Sebagian besar bank umum di Bali hanya mampu mengucurkan kredit di bawah 50 Miliar . Sedangkan hanya empat bank yang mampu menyalurkan kreditnya di atas Rp 500 miliar.

Secara kelembagaan, bank umum di Bali mengalami peningkatan jumlah dari 38 bank pada Maret 2005 menjadi 39 bank pada posisi Juni 2005 yaitu penambahan Bank Commonwealth yang berkantor pusat di Australia. Sedangkan kantor bank umum sampai Juni 2005 mencapai 313 kantor dengan rincian tiga kantor pusat, 72 kantor cabang, 156 kantor cabang pembantu dan 82 kantor kas. Peningkatan kantor bank diikuti dengan peningkatan jumlah ATM dari 329 ATM pada Januari 2005 menjadi 349 pada Juni 2005. Peningkatan tersebut berasal dari penambahan ATM di Kota Denpasar sebanyak 17 ATM. (Beny Uleander/KPO EDISI 93/November 2005)

Read More
Beny Uleander

Pemda Bali Siapkan Dana Operasional KKMB

Ketika krisis ekonomi merebak tahun 1997 silam, sektor UKM (usaha kecil menengah), koperasi dan usaha mikro tampil sebagai penyangga perekonomian negara. Meski skala usahanya kecil tetapi jumlahnya yang besar menyebabkan multiflier efec-nya kepada masyarakat begitu signifikan. Namun kesulitan modal usaha menjadi keluhan klasik pelaku UKM. Selain akses yang sulit ke dunia perbankan karena minim informasi, secara umum kelemahan UKM berhubungan dengan bank terletak pada izin usaha, laporan keuangan, proposal kredit dan jaminan.

Menyiasati kendala tersebut, Kantor Bank Indonesia mendukung upaya pengucuran dana kredit bagi para pelaku usaha UKM dengan membentuk Satuan Tugas Pemberdayaan Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB). Diharapkan KKMB menjadi jembatan antara pengusaha mikro dan kecil dengan perbankan sebagai upaya untuk mendorong perbankan dalam pemberdayaan penduduk miskin produktif. KKMB diisi oleh para konsultan/pendamping yang ada di departemen teknis, swasta, lembaga pengembangan swadaya masyarakat dan lembaga penelitian.

Kini kabar gembira bagi KKMB Bali yang mendambakan dukungan dana operasional dari pemerintah daerah bakal terwujud. Menurut, Staf Humas KBI Denpasar, Allan Hudaya, Pemda Bali akan menggulirkan dana APBD Rp 107 juta untuk biaya sosialiasi KKMB di kabupaten/kota se-Bali tahun 2005. Demikian ungkap Allan Hudaya dalam temu dialogis BI Denpasar dengan wartawan ekonomi se-Bali, Sabtu (1/10) lalu, di Hotel Candi Beach Cottage, Candidasa, Karangasem.

Sejak dibentuk beberapa waktu lalu, KKMB Bali sebenarnya telah mendapat pelatihan, bahkan lembaga ini telah melakukan tugasnya sebagai mitra pendamping usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dengan perbankan. Hanya sayangnya, sejauh ini belum ada laporan atau data resmi berapa UKM binaan yang sudah mendapat bantuan kredit. UKM Yang enggan melapor tentu saja akan sulit mengurus sertifikasi dan akriditasi usahanya.

Berdasarkan laporan Kantor Bank Indonesia (KBI) Denpasar, kucuran kredit UKM di Bali cukup tinggi. Ekspansi ini dibarengi dengan peningkatan kualitas kreditnya. Artinya, kredit yang digunakan untuk modal kerja jumlahnya lebih banyak dibandingkan kredit untuk konsumsi.

KKMB Bali dalam kiprahnya menjunjung profesionalisme menjalin kemitraan dengan lembaga keuangan mikro (LKM), seperti Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), dan Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Sedangkan dana operasional KKMB Bali dalam menjalankan tugas mediasi, menurut Agra didapat dari fee yang diterima dari debitur. Fee yang kecil menurut Agra wajar saja mengingat lembaga ini bergerak pada usaha mikro dengan plafon pinjaman di bawah Rp 15 juta.

KBI Denpasar sendiri terus berupaya menggenjot pertumbuhan Bank Perkreditan Rakyat di Bali sebagai salah satu mitra KKMB. Saat ini terdata 143 BPR se-Bali dan terbesar berada di Denpasar dan Badung. Peran BPR untuk mendongkrak perekonomian Bali sangat besar. Dengan menyentuh sektor informal dan formal di pedesaan, diharapkan akan lahir wirausahawan yang mandiri.

Saat ini, ada 14 bank swasta dan BUMN yang mendukung KKMB seperti BNI, Bank Mandiri, BRI, BII, Bank Buana, Lippo Bank, Bank Bukopin, PNM, BCA, BTN, Panin Bank, Bank Danamon, Bank Niaga dan Permata Bank. (Beny Uleander/KPO EDISI 93/November 2005)

Read More
Beny Uleander

Kredit UMKM Di Bali Capai Rp 7.597 Miliar

Pertumbuhan kredit untuk pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sampai dengan triwulan II-2005 (posisi Juni) yang disalurkan bank umum di Bali mencapai Rp 7.597 miliar atau meningkat sebesar 7,63%. Menurut Kepala Seksi Pelaksanaan Kebijakan Moneter Kantor Bank Indonesia Denpasar, Hidayat SH, meskipun meningkat, share kredit UMKM terhadap total kredit menurun dari 87,20% menjadi 87,06%. Hal ini menunjukkan lebih cepatnya laju pertumbuhan kredit non-UMKM dibanding kredit UMKM.

Dilaporkan dari sisi sektoral, peningkatan kredit UMKM pada triwulan II 2005 dibandingkan triwulan I 2005 berasal dari hampir semua sektor kecuali sektor pertanian yang mengalami penurunan sebesar 0,02%. Penurunan kredit UMKM ke sektor pertanian berasal dari penurunan sub sektor tanaman pangan sebesar 22,34%. Hal ini disebabkan oleh kontraksi sektor tanaman pangan pada triwulan II-2005 dibanding triwulan I-2005 sebesar 2,88% karena telah selesainya musim panen yang berlangsung pada triwulan I 2005.

Kondisi agak berbeda dengan total kredit secara keseluruhan, di mana kredit ke sektor pertanian meningkat. Hal ini diperkirakan karena lebih besarnya pangsa kredit UMKM sub sektor bahan pangan terhadap total kredit UMKM sektor pertanian dibanding pangsa kredit sub sektor bahan pangan terhadap terhadap total kredit sektor pertanian sehingga penurunan kredit UMKM bahan pangan memberikan pengaruh yang lebih besar dibanding kredit secara keseluruhan.

Sementara itu, meningkatnya kredit UMKM sektor lain menunjukkan semakin percayanya perbankan terhadap pelaku usaha UMKM di Bali. Hal ini sangat baik bagi pembangunan UMKM, mengingat sektor UMKM mendominasi sektor mendominasi struktur perekonomian Bali.

Sebagian besar kredit UMKM disalurkan ke sektor lain-lain sebesar 50,19% diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 33,92%; sektor jasa dunia usaha sebesar 4,80%; sektor pertanian sebesar 3,84%; sektor industri pengolahan sebesar 3,39%; dan sektor konstruksi sebesar 1,96%.

Dari sisi penggunaan, peningkatan kredit tertinggi berasal dari peningkatan kredit konsumsi sebesar 8,98% diikuti oleh kredit modal kerja sebesar 6,72% dan kredit investasi sebesar 4,82%.

Hal ini mendorong besarnya pangsa kredit UMKM konsumsi sebesar 49,68%, sedangkan pangsa kredit UMKM modal kerja dan investasi hanya mencapai 40,05% dan 10,27%. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa perkembangan kredit UMKM ditopang oleh kredit konsumsi. Hal ini merefleksikan kondisi riil bahwa masih banyak UMKM yang belum mendapatkan sumber dana bank. Oleh karena itu, bank umum diharapkan untuk lebih mendorong peningkatan kredit UMKM guna keperluan hal-hal yang lebih produktif yaitu untuk modal kerja dan investasi. (Beny Uleander/KPO EDISI 93/November 2005)

Read More

Rabu, Oktober 12, 2005

Beny Uleander

Jelang Grand Final Miss Chinese Cosmos Pageant 2005

Imelda Wong Bidik Tiga Besar

Ajang Miss Chinese Cosmos Pageant (MCCP) 2005 kali ini boleh dibilang bersejarah bagi bangsa Indonesia. Seorang puteri bumi pertiwi ini lolos mengikuti semifinal MCCP 2005. Remaja jelita pemegang rekor itu adalah Imelda Wong, asal Medan.

Wartawan media ini berhasil menemui Imelda dan memperkenalkan diri sebagai wartawan lokal. Dengan ramah, Imelda mempersilahkan kami untuk bertanya ‘secara curi-curi’ di ajang resmi itu. “Mas pakai topi dong. Kasihan panas,” guraunya saat kami menguntitnya di sela-sela acara Turtle for Life di Pantai Tanjung Benoa, Nusa Dua, Rabu siang (12/10).

Lanjutnya, “Ini pengalaman pertama naik perahu. Saya tidak takut karena sudah berpikir bukan untuk melaut tetapi melepas kura-kura ke laut lepas agar dia memiliki kehidupan,” obrolnya terburu-buru usai turun dari jukung menuju tenda acara.

Pemilik tinggi badan 73 cm dan berat 53 kg ini mengaku tak menyangka dirinya bisa masuk semifinal MCCP dari ratusan peserta se-Indonesia saat Grand Final MCCP Indonesia di Hailai International Executive Club, Jakarta, Jumat (3/9) lalu.

“Saya tak ada persiapan untuk ikut kontes ini. Waktu itu, kakek yang beri tahu ada acara Miss Chinese. Saya baru mendaftar dua hari sebelum penutupan pendaftaran,” kenang pemilik nama asli Huang Xu Min.

Buah hati pasangan Jeny dan Wong Jeng Loong ini memang sudah terbiasa dengan dunia catwalk. Imelda pernah meraih Juara II Wajah Revlon 2000, Pueri Sumatera dan runner-up I Indonesian Model Indosiar. Tapi baginya, ajang ini agak lain karena khusus bagi remaja yang berdarah China dengan persyaratan bisa berbahasa Mandarin, Inggris dan memahami sejarah dan kebudayaan China. Beruntung, Imelda sudah terbiasa berbahasa Mandarin yang menjadi bahasa keseharian di rumahnya. Kakek dan nenek Imelda keturunan China yang lahir di Indonesia.

Sejak lolos ikut semifinal MCCP 2005 tingkat internasional, Imelda, yang November ini genap berusia 21 tahun, langsung dikarantina di Beijing. 50 Miss Chinese ditempa berbagai pelajaran seputar kultur China dan akan mengikuti grand final pada November mendatang di Beijing. “Saya yakin masuk final,” tandas mahasiswi Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Komputer (STMIK) Microsmik, Medan.

MCCP 2005 yang disponsori Phoenix TV Hongkong menggelar serangkaian roadshow di Bali sebagai Pulau Dewata (12-14/10) dengan mengunjungi berbagai lokasi wisata di Bali, Jogyakarta – Solo sebagai kota kebudayaan (14-16/10) untuk menyaksikan kemegahan Candi Borobudur dan Prambanan dan berakhir di Jakarta (16-20/10). (Beny Uleander/KPO EDISI 91/NOVEMBER 2005)

Read More
Beny Uleander

50 Bidadari Tionghoa Lepas Penyu Di Tanjung Benoa

Tanjung Benoa yang tenang dan sepi, Rabu siang (12/10), pukul 13.45 Wita, jauh dari hiruk-pikuk peringatan massal Bom Bali I di Kuta dan Renon, Denpasar, menjadi saksi bisu ‘turunnya 50 bidadari cantik menawan dari khayangan’ di pantai berpasir putih itu.

Orang nomor satu Bali, Drs I Dewa Made Beratha bersama isteri didampingi owner Grand Mirage Resort, Lindratini turut mengantar 50 Miss Chinese Cosmos Pageant (MCCP) 2005 sampai di bibir pantai kala menumpang 30 jukung yang ‘melaut’ sekitar 1 km dari garis pantai untuk melepas 50 ekor penyu.

Jukung dengan layar terkembang ditumpangi dua peserta semifinal MCCP berlayar pelan ke laut lepas. Sementara di atas langit yang cerah, seekor burung Garuda raksasa (layangan khas Bali –Red) melayang-layang dengan ekor berwarna merah, hitam dan putih sepanjang 30 meter menaungi “Bidadari Tionghoa.

Sungguh, sebuah perbauran alami antara aura kecantikan batin dan pesona keindahan pantai yang kian mempertegas cita rasa Bali sebagai Taman Surga yang tak perlu lagi berduka dengan musibah Bom Bali II.

Sementara tiupan angin pantai mengibas lembut rambut para ‘Bidadari Tionghoa’ yang terurai panjang. Alam pun seakan ikut menyapa mesra kehadiran para dara jelita bertubuh langsing dibalut kulit putih mulus mengenakan ‘you can see’ dan kain pantai yang seksi.

Lindratini, owner Mirage Resort Bali tersenyum bangga dimintai komentar soal agenda pelestarian lingkungan yang mulai rutin digelar hotelnya. “Kami tawarkan agenda ini kepada para tamu yang peduli dengan pelestarian lingkungan. Ini program mempromosikan Bali kepada para tamu yang mau mengadakan acara di Bali. Kami mengemas dengan bagus dan rapi seperti turtle for life dan kampanye no drugs sehingga para tamu tahu orang Bali care dengan lingkungan,” tandas perempuan paruh baya ini.

Sejurus kemudian, 50 Miss Chinese yang kembali ke gubuk alang-alang di tepi pantai itu dikejutkan dengan kunjungan 100 siswa/wi kelas V dan VI SD 2 Tanjung Benoa yang mengenakan celana/rok merah berbaju putih membawa bendera merah putih dari kertas minyak sebagai lambing kehangatan dan keramahan anak bangsa yang sempat terdistorsi dengan segelintir teroris gila.

Lantas, para Bidadari Tionghoa dihadiahi bendera merah putih. Masing-masing Miss Chinese menggandeng seorang siswa dan siswi berjalan menuju tenda lain untuk berdiskusi perlunya melawan peredaran narkoba sejak dini dan kampanye Indonesia Bersatu. (Beny Uleander/KPO EDISI 91/NOVEMBER 2005)

Read More
Beny Uleander

Amrozi Tinggalkan Bali Yang Sedang Menangis

Jangan tinggalkan Bali selagi aku menangis. Walaupun darah telah membasahi bumi Bali, kembalikanlah Baliku. Bagi Anda yang mencintai, tinggal dan menghidupi Bali, mari kita mendorong pemerintah segera melakukan eksekusi mati Amrozi cs. Jangan bertindak anarkis. Mari kita menjaga Bali”.

Demikian isi SMS (short message service) yang beredar di antara masyarakat Bali, khususnya Denpasar dan Badung disertai ajakan melakukan aksi demo menuntut ekesekusi terpidana mati Amrozi cs. SMS gelap tersebut memang efektif mengumpulkan ratusan massa yang terkonsentrasi di depan Pengadilan Negeri Denpasar dan LP Kerobokan,Kuta.

Massa yang mendatangi LP Kerobokan sejak 14.00 WITA, Rabu (12/10) menyebabkan ruas jalan antara Legian-Petitenget dan Malboro sempat macet. Massa yang sulit teridentifikasi itu terus meneriakan yel-yel agar para pelaku peledakan Bom Bali I pada 12 Oktober 2002, Amrozi cs yang sudah diungsikan ke LP Nusakambangan, Cilacap, segera dihukum mati di Bali.

Massa umumnya mengenakan pakaian adat Bali terus membludak merangsek maju ke halaman depan lapas tersebut. Akibatnya, atap dan tembok pintu gerbang LP Kerobokan sepanjang 20 meter dirobohkan massa. Sementara ratusan polisi bersiaga di depan lapas tersebut.

Setelah melalui dialog yang alot, Kalapas LP Kerobokan Drs Bromo Setyono, BCIP didampangi Kapolres Badung, AKBP I Nyoman Gede Sujarna menerima perwakilan massa yaitu Made Adnyana, Ketut Dompu, Wayan Pusnadi dan Nyoman Sunada. Keempat wakil massa ini menyampaikan dua aspirasi. Pertama, segera eksekusi terpidana Amrozi dkk di Bali. Kedua, masyarakat ingin tahu kapan eksekusi dilaknasakan.

Setyono berjanji akan menyampaikan aspirasi masyarakat Bali ini kepada instansi terkait. “Pemindahan Amrozi cs itu permintaan atas dengan alasan keamanan. Saya hanya unit pelaksana. Pemindahan itu hanya sementara. Kalau sudah aman mereka tentunya akan dikembalikan ke Bali,” jelasnya.

Menurut Kabid Humas Polda Pola Kombes AS Reniban, pihaknya mengerahkan satu peleton polisi dalmas dan satu peleton brimob. Meski begitu, Reniban mengeluhkan aksi massa tersebut yang dinilainya tidak dewasa dan bertanggung-jawab. “Memang kami menilai aksi ini murni sebagai aspirasi masyarakat Bali. Tapi sayangnya ini digerakan oleh SMS yang beredar di masyarakat. Seharusnya ada yang bertanggung jawab sehingga kepolisian dihubungi sebelumnya,” keluh Reniban yang mengaku pada peringatan tiga tahun bom Bali I ini, aparat kepolisian sangat sibuk.

Meski begitu, papar Reniban, pihak kepolisian tidak akan mencari atau menangkap para dalangnya. “Tidak ada penyelidikan atau penangkapan,” ujarnya dengan wajah kelelahan usai berakhirnya aksi demo pada pukul 18.45 Wita di halaman depan Lapas Kerobokan.

Pihak keamanan rupanya sudah mencium secara dini bakal adanya demo besar-besaran pada peringatan tiga tahun bom Legian Kuta di Lapas Kerobokan yang dihuni para pelaku peledakan bom Bali I. Buktinya, demi keamanan, Amrozi cs segera dipindahkan ke Nusakambangan. Aksi ledakan bom di Jimbaran dan Kuta Square awal Oktober itu menjadi pemicu bangkit kembali perasaan traumatis bagi warga Bali. Ibarat luka lama yang belum sembuh kembali berdarah. Itulah situasi yang dirasakan penghuni Pulau Dewata yang menyandarkan detak nadi ekonomi pada sektor pariwisata. Demikian pendapat Dewa Putu Sudarsana (35) salah satu warga yang ikut dalam aksi demo tersebut.

“Kami kecewa kenapa sampai sekarang Amrozi cs belum dieksekusi. Padahal grasinya sudah ditolak presiden. Kenapa nyawa seorang Amrozi begitu dilindung padahal akibat perbuatan biadab mereka 202 orang meninggal,” tandas Putu yang berhenti berkarir sebagai GM sebuah hotel di Ubud paska bom Bali I. (Beny Uleander/KPO EDISI 91/ OKTOBER 2005)

Read More

Senin, Oktober 10, 2005

Beny Uleander

Sasar Tamu Domestik

Profil D Riana Bismarak, PR Waterbom Kuta

Selamat datang masa depan yang cerah bagi industri pariwasata Bali. Inilah nada optimis yang disampaikan D. Riana Bismarak selaku Director of Sales & Marketing Waterbom, Jl Kartika Plaza, Tuban, Badung. Bukan sembarang optimisme di tengah kecemasan pelaku pariwisata Bali akan dampak bom Bali II yang mengganggu kunjungan wisatawan dunia ke Bali.

Paling tidak, menurut Riana, para pelaku pariwisata Bali sudah dibekali pengalaman bertahan di masa krisis dan kiat jitu membangun kembali image Bali yang aman di mata pelancong mancanegara. Salah satu terobosan adalah mengoptimalkan market lokal dengan menyasar tamu domestik se-Indonesia. Tiga bulan tersisa ini ada masa liburan Lebaran dan Natal. Diharapkan, para karyawan dengan THR tertentu dapat berkunjung ke Bali.

“Soal harga kami tidak turunkan. Karena belajar dari pengalaman bom Bali I ketika harga diturunkan akan sulit untuk dinaikkan kembali ketika situasi sudah kembali pulih,” tandas Riana alumni Akademi Pariwisata Sahid Jakarta angkatan 1997.

Sedangkan upaya membangun citra positif, pihaknya kini sedang menjajak kerja sama dengan Garuda dan Air Paradise untuk bisa mendatangkan media dan travel agency dari Australia guna bertemu di Bali. “Kami akan mengadakan host dengan mereka. Juga mereka bisa melihat sendiri kalau Bali sudah bersih, aman dan oke untuk dikunjungi kembali,” papar wanita yang berulangtahun tanggal 5 Juli. Upaya ini akan secepatnya direalisasi mencegah terbentuknya citra negatif keamanan di Bali.

“Kami berharap media juga turut mendukung pemberitaan yang oke tentang Bali. Tolong estetika fotonya.jangan lagi memuat gambar bom melulu atau gambar orang yang mau mati akibat bom. Itu bukan tragedy harian,” cetusnya.

Sementara Kadispar Propinsi Bali Gede Nurjaya memuji dan mendukung langkah praktisi perhotelan di Bali yang mulai membidik wisatawan nusantara. Menurutnya, turis domestik memiliki dua fungsi. Selain berkunjung ke Bali,mereka juga bisa memberi gambaran bahwa kemanan di Indonesia umumnya dan Bali khususnya sudah kondusif.

Terkait sistem keamanan,menurut Nurjaya, harus meliputi seluruh Bali sebagai suatu kesatuan geografi. “Pengamanan di hotel memang ketat tapi sesudah itu mulai mengendor. Karena itu pemda pasti akan menyiapkan anggaran pengamanan untuk aparat kemanan atau untuk pembiayaan lain terkait keamanan. Anggaran itu di luar luar pajak hotel. Sedangkan di bandara sudah ada sistem pengamanan tersendiri. Orang tidak mudah lagi masuk ke bandara,” ujarnya usai menghadiri pemaparan roadshow Bali Village di Australia dan Selandia Baru di Vila Segara, Sanur. (Beny Uleander/KPO EDISI 91/Oktober 2005)

Read More

Sabtu, Oktober 08, 2005

Beny Uleander

Mencari Pesan Angin Surga Di Pantai Muaya, Jimbaran

Angin malam Minggu (8/10) di Pantai Muaya, Jimbaran bertiup segar menerpa tubuhku yang duduk bersandar di bawah sebuah pohon yang tumbuh antara Menega Café dan Teba Café. Mataku menatap nanar ke arah laut lepas. Lampu-lampu dari perahu nelayan yang sedang melaut seperti lambaian tangan bocah-bocah yang kegirangan. Secercah kedamaian menelusup masuk dalam jiwaku. Aku duduk bersila di bibir pantai Muaya tepat depan Menega Cafe dan Nyoman Café, yang hancul luluh lantak dihantam bom. Meski sendirian, aku tidak takut.

Aliran rasa damai seperti mengikuti gerakan mataku. Pandanganku beralih melihat ‘ujung laut’ setapak demi setapak mengikuti gelora gulungan ombak yang datang silih berganti. Itulah gelora kehidupan yang dimiliki manusia juga pasutri Dharmawan dan Mintarsah yang menjadi korban pemboman saat sedang menikmati sajian sea food dengan aroma lobster bersama putri dan menantunya Shery dan Reza di tempat ini. Gulungan ombak kehidupan itu berakhir pecah ketika tiba di bibir pantai. Itulah simbolisasi kematian. Sangat sederhana memahami kehidupan dan kematian sebagai awal dan akhir seperti diucapkan Gede Pramana. Khasnya, kehidupan itu terus berlanjut dalam gulungan ombak yang datang silih berganti.

Bidadari malam menatapku dengan cahaya yang lembut seakan mendekatkan aku dengan pesan surga dan episode ketragisan hidup manusia. Hidup adalah anugerah Pencipta dan kematian adalah pintu manusia bersua lagi dengan Khaliknya. Namun sulit diterima detik-detik kematian itu seperti pencuri di tengah malam, tak terduga dan merenggut nyawa di tempat yang kerap dicari manusia untuk menanam kemesraan, membenihkan keromantisan dan melepas lelah kehidupan yang berat bergelayut di dada ke arah lautan bebas.

Sudah sejam aku sengaja berada di pantai ini. Kala waktu menunjukkan pukul 17.45 Wita, aku mengamini kejahatan dan aksi teroris tak mampu membinasakan nilai-nilai kehidupan. Mataku kembali merekam para korban tewas dan terluka yang masuk silih berganti diantar ke RS Sanglah, Denpasar. “Entah apa yang dicari para teroris di tempat ini. Kog tega mereka membunuh orang yang sedang makan di lokasi ini,” gumam Made Loka (52) pemilik Pantai Sari Café Jimbaran yang kembali terngiang di telingaku.

Air mata itu sudah sirna berganti harapan. Termasuk air mata ibunda Dwi Yuniatri yang menyaksi kematian anaknya Teuku Deffansyah dalam pelukannya di RS Sanglah. Deffansyah terluka parah di bagian belakang kepalanya saat sedang makan malam dengan ibu dan ayahnya Danielsyah di Madeka Café. Kini bingkai harapan itu kembali merekah di dada penghuni Pulau Seribu Pura ini. Betapa sabarnya masyarakat Pulau Dewata ini menerima cobaan kedua kalinya setelah peristiwa Sabtu kelabu 12 Oktober 2002 lalu. Pantai Muaya yang tetap damai mewakili taksu Bali yang senantiasa menebarkan angin surgawi. Itulah yang dicari para pelancong dalam dan luar negeri yang siang hari tetap berlarian di tepi pantai berpasir putih ini seakan merayakan kehidupan sebagai anugerah. (Beny Uleander/KPO EDISI 91/NOVEMBER 2005)

Read More

Rabu, Oktober 05, 2005

Beny Uleander

Serpihan Ledakan Bom Bersimpuh Di Kaki Penjor

Hari Raya Galungan tiba. Penjor-penjor berdiri berbaris rapi di halaman depan setiap rumah di Bali dalam lengkungan keindahan. Sepanjang Jl Legian Kuta hingga Denpasar menjelang Hari Raya Galungan, Selasa sore (4/10), warga sibuk menggali lubang dan mendandani penjor –bambu melengkung yang dihiasi janur dan bunga- ditanam di halaman depan rumah. Penjor adalah simbol kemenangan Dharma (kebaikan) atas Adharma (kejahatan) yang diperingati lewat Galungan.

Keagungan penjor kali ini seakan menyeret manusia penghuni Pulau Bali masuk dalam benteng-benteng perlindungan tak kelihatan. Benteng yang menjaga manusia Bali dari amukan badai bom Bali II yang memporak-porandakan Jimbaran dan Kuta Square, pekan lalu. Juga benteng yang memberi ketenangan batin bahwa kebaikan adalah jiwa kehidupan yang tak mungkin binasa oleh aksi kebiadaban. Serpihan pecahan bom di Sea Food Centre Jimbaran dan Kuata Square bersimpuh di kaki penjor. Itulah dandanan eksotik Pulau Surga ini.

Warga Kuta yang tinggal di jantung pariwisata Bali dengan wajah sukacita menghiasi penjor. Beberapa remaja terlihat bercengkrama akrab menggali lubang. Selain rumah warga, toko-toko, restoran, pub, bar dan warung-warung kecil pun memasang penjor di halaman depannya. Sementara di kawasan Kuta Square beberapa polisi masih berjaga-jaga di lokasi pemboman yang porak-poranda dan sudah diisolasi untuk kepentingan penyelidikan polisi. Sebuah pemandangan yang kontras tetapi memberi peneguhan bahwa kejahatan selalu terjadi di atas muka bumi tetapi kehidupan senantiasa diperkaya dengan kegembiraan, ketenangan, kesabaran dan kedamaian.

Manusia Bali tetap bersolek dalam balutan kecantikan spiritual dalam menyambut Galungan. Sehingga pada Senin (3/10), warga desa Jimbaran beramai-ramai mengadakan upacara penyucian ‘Pamrastitha Sayud Dur Mangala’ di Pantai Muaya, Jimbaran. Prosesi dan ritual penyucian ini untuk mempersiapkan desa secara ‘sekala’ dan ‘niskala’ –jasmani dan rohani—memasuki rangkaian perayaan Galungan dan Kuningan, yang jatuh pada 15 Oktober depan.

Pada Galungan, Rabu (5/10), sejak pagi pukul 07.00 Wita, warga Kota Denpasar dan Badung melakukan persembahyangan di pura-pura Kahyangan Tiga di banjarnya masing-masing. Sebagian kemudian bersembahyang di Pura Jagatnatha, pura terbesar di Kota Denpasar –setelah rampung menghaturkan sesaji di rumah dan tempat kerja masing-masing. Kaum perempuan berdandan kebaya membawa canangsari, banten berisi bunga dan buah-buahan aneka rupa. Sedangkan kaum lelaki mengenakan destar putih, kemeja putih dan berkain saput putih kuning. Di dalam pura, dua orang ‘pedanda’ –pemimpin keagamaan- perempuan berusia renta memimpin jalannya upacara. Denting genta dari tangan para pedanda memecah keheningan pagi. Untaian doa dalam semangat Galungan membawa harapan pulau ini dibersihkan dari aura kejahatan yang ditebar para teroris.

Usai bersembahyang, warga Hindu melepas lelah, duduk-duduk di lapangan Puputan, tepat di depan pura. Sebagian memesan makanan dari pedagang bakso, sate ayam, dan jajan lain yang sudah memenuhi pelataran pura sejak upacara dimulai.

Perayaan Galungan diperingati setiap tahun dalam kalendar Bali atau tepatnya setiap enam bulan dalam tahun masehi bersamaan dengan hari pertama bulan Ramadhan. Warga Bali yang muslim sejak Selasa malam sudah ramai melakukan sholat tarawih di masjid-masjid yang bertebaran di Denpasar. Terbentang pemandangan indah soal toleransi beragama yang begitu kuat tumbuh mengakar di dada manusia Bali. Waktu Nyepi yang jatuh pada hari Jumat lalu, warga muslim diizinkan keluar bersembahyang di masjid. Padahal semua aktivitas dibekukan pada Hari Nyepi. (Beny Uleander/KPO EDISI 91/Oktober 2005)

Read More

Selasa, Oktober 04, 2005

Beny Uleander

Mahasiswa Unud Jualan Kolak Depan Kampus

Mengais Rejeki Di Bulan Ramadhan

“Obat…obat…obat…Ini dia obat pengusir lapar dan haus. Terjamin dan sudah rerdaftar di Departemen Kesehatan,” teriak seorang penjaja makanan pembuka puasa sambil mengulurkan dagangannya ke arah mobil yang bersileweran depan kampus Universitas Udayana, Jl PB Sudirman, Denpasar. Nada promotif ini mengundang tawa para penjaja lain di sekitarnya, pria dan wanita muda bertampang intelek. Ternyata mereka adalah mahasiswa Unud yang kreatif mengais rejeki di bulan suci Ramadhan.

Menurut pengakuan Dewa Komang Piter Udayana (20), mahasiswa FH Unud semester 3, dia bersama rekan-rekannya sudah biasa berjualan kolak di depan kampus mulai pukul 17.00 – 19.00 Wita. Areal Jl Sudirman menjadi pilihan karena ramai dan terletak di jalur warga kota pulang kerja. Kolak, bubur kacang hijau, jus buah (cocktail), kolang-kaling atau es dawet dijual seribu rupiah per bungkus.

Lanjut Piter, aktivitas ini dilakukan bersama untuk mengumpulkan uang bagi organisasi mereka Perkumpulan Mahasiswa Kristen FH Unud. “Kami berjualan kolak dan jus buah untuk mencari dana biaya pesta Natalan seperti sewa gedung dan peralatan,” buka pemuda kelahiran Singaraja, 22 Februari 1985.

Uniknya lagi, usaha mereka dibantu orangtua Joice Lorosa, salah seorang rekan mereka, yang tinggal di Tukad Banyusari, Panjer.

“Setiap pagi, saya berbelanja di Pasar Badung. Saya dibantu ibu yang langsung mengupas ubi, pisang dan memasaknya. Siang pulang kuliah, teman-teman yang bantu bungkus. Sehari bisa laku Rp 100 ribu. Padahal modal awalnya hanya Rp 15.000,” beber Joice kelahiran Jember 3 Juni 1985.

Soal keuntungan rata-rata, Piter yang sudah didaulat sebagai koordinator lapangan (korlap) mengaku pernah mencapai penjualan tertinggi Rp 1 juta setahun lalu. “Tapi uang itu sekitar Rp 9 ratus ribu dipakai untuk sewa gedung merayakan Natal,” ujarnya.

Rupanya berkah Ramadhan ini juga dirasakan oleh Sriati (31), ibu dua putera asal Banyuwangi. Warga perumnas Monang-Maning, Denpasar ini berjualan di depan kampus Unud selama bulan puasa. “Kalo hari biasa saya berjualan kosmetik di Ubud. Bulan puasa ini lebih gampang nyari uang berjualan begini. Kalo laris sehari bisa dapat Rp 150 ribu. Ya lumayanlah untuk ongkos mudik,” bukanya.

Jualannya beragam seperti kolak, jus buah, es dawet dan kolang-kaling. Bahan baku terdiri dari pisang kapok, kelapa, kolang-kaling, ubi kayu dan aneka buah-buahan. “Semuanya kami beli di Pasar Badung. Kalo tidak laku dagangan dibagikan sebagai amal,” akunya. (Beny Uleander/KPO EDISI 91/Oktober 2005)

Read More