Karyawan Perlu Miliki Sense of Beloging
Tradisi pemantapan karyawan
(Beny Uleander/KPO EDISI 61/MINGGU I JULI 2004)
Ulasan Humaniora, Artikel dan Gagasan
Massker Madu Hitam merupakan salah satu produk terbaru di bidang kecantikan alami, tidak hanya laris di
Uniknya, peluncuran yang ditandai pelepasan 2000 botol Massker Madu Hitam tersebut diwarnai dengan atraksi budaya, baca puisi, lagu Surabaya Bersatu Untuk Maju dan Surabaya Pasti Nomor Satu, karaoke dan dansa yang spontanitas dibawakan kru pemasaran, sebagai ungkapan bahwa kehadiran produk tersebut siap dipasarkan. Masker kecantikan ini diprediksi bakal menjadi produk best seller setelah Minyak Oles Bokashi.
Ketika ditantang
Eko Haryanto
Di balik keberhasilan dan kesuksesan seseorang, pasti ada seabrek kisah perjuangan di masa silam. Kesuksesan bukan sebuah hadiah apalagi anugerah yang turun dari langit, tetapi kerja keras disertai keyakinan akan apa yang dikerjakan itu baik dan benar. Rupanya sosok Eko Haryanto, seorang SPG kantor pusat PT Karya Pak Oles Cabang Surabaya, yang tergolong sukses memasarkan Ramuan Pak Oles.
Eko mengaku, dirinya memegang teguh prinsip kerja keras sebagai kunci sukses menuai hasil. Awal ketertarikannya menjadi SPG ketika ia merasakan sendiri khasiat obat-obatan tradisional Ramuan Pak Oles. Sejak di bangku SD, ia menderita penyakit asma. Suatu ketika, ia coba minum 3 tetes Minyak Oles Bokashi setiap hari. Baru seminggu, penyakit asmanya hilang. Lantas, Eko pun memutuskan untuk memasarkan produk asal
Diakuinya, semula ia terjun dalam beberapa bisnis MLM (multi level marketing) namun gagal. Ia prihatin melihat banyak teman yang bergerak di bidang MLM stres karena impian untuk cepat mapan terbengkelai. Eko sadar, pilihannya menjadi sales adalah keputusan yang tepat dalam sejarah hidupnya. Alasannya, produk Ramuan Pak Oles laris manis di pasaran karena berkualitas, alami dan banyak orang sudah merasakan khasiatnya.
Eko adalah salah seorang SPG perintis, sejak kantor cabang
Eko mengaku bangga dan bersyukur bisa bergabung dengan PT Karya Pak Oles Tokcer Cabang Surabaya. “Saya berterima kasih kepada Pak Oles. Di tempat kerja Menanggal, saya dapat jodoh yang baik,” ungkap suami Setyoningsih. Sebagai tanda terima kasihnya, Eko pun memberi nama putera sulung yang berumur 7 bulan, Mohamad Oles Mahdani.
Saat ini, Eko menjalin kerja sama dengan event organizer perhotelan seperti Sheraton, Hyatt, Sahid, Satelit dan Shangrila dalam pemasaran produk. Kalau ada seminar di hotel, ia diberi kesempatan 5-10 menit perkenalkan Ramuan Pak Oles. Produk yang paling disukai konsumen adalah Gelang EM Keramik, Madu Jamur dan Minyak Oles Bokashi. (Beny Uleander/KPO EDISI 61/MINGGU I JULI 2004)
Strategi Muni Muntoya Garap Pasar Surabaya
Ramuan Pak Oles resmi hadir di
Cara kerja laba-laba yang membangun rumah berbentuk jaringan dan memiliki titik sentral menjadi inspirasi tersendiri bagi Kepala Pemasaran Ramuan Pak Oles Cabang Surabaya, Ir Muni Muntoya untuk membangun kantor unit dan konter di sejumlah kawasan di
Strategi ini mulai diterapkan Muntoya yang secara bertahap menerobos pasar dengan membuka kantor unit di sekitar
Dalam perjalanan waktu, Muntoya menilai konsep itu efektif mempertajam marketing dan menguasai pasar, mengingat produk Ramuan Pak Oles selain alami juga terbukti khasiatnya. Keuntungan konsep jaringan laba-laba terletak pada efisiensi waktu, memudahkan mekanisme kontrol karena terjangkau dan mengurangi biaya akomodatif. “Bayangkan kalau kantor-kantor unit letaknya saling berjauhan maka biaya kontrol akan tinggi dan banyak waktu yang dihabiskan di perjalanan,” ungkap Muntoya ketika bersama Dirut PT Karya Pak Oles Tokcer, GN Wididana, Manajer Marketing, Made Subamia dan Pemred Koran Pak Oles, Albert Kin Ose M meninjau sejumlah kantor unit di Kota Surabaya pekan lalu.
Menurut alumumnus Universitas Nasional Jakarta 1993 ini, konsep jaringan laba-laba amat sinergis dengan strategi marketing produk Ramuan Pak Oles; direct seling dengan SPG sebagai ujung tombak. Sejak dibuka di
Diakuinya, konsep jaringan laba-laba sebenarnya lahir dari pemikiran yang terfokus pada upaya meningkatkan pemasaran plus peletakan dasar manajemen usaha yang rasional dan berkualitas. Artinya, Cabang Surbaya hanya fokuskan diri pada wilayah pasar terdekat namun tergarap optimal, yang ditopang majemen terkontrol efektif guna minimalisir kendala klasik secara internal. Sebuah unit yang bermasalah bisa cepat diketahui dan bisa segera dicarikan solusinya. Kegiatan memotivasi karyawan dan SPG diperkaya dengan dialog interaksi yang kolektif. ‘’Ini dimungkinkan karena kedekatan wilayah sehingga mudah terjadi pertukaran informasi dan pengalaman,’’ tambah Muni. (Beny Uleander/KPO EDISI 61/MINGGU I JULI 2004)
Wawancara Ir I Gusti Ngurah Adyana (Ketua Inkindo Bali)
Sejak krisis ekonomi melanda
Fakta di lapangan, banyak UKM juga harus menutup usahanya karena kekurangan modal. Padahal, menurut Ketua Ikatan Nasional Konsultan
Sekarang banyak industri kecil yang terpaksa gulung tikar karena kesulitan modal. Komentar Anda?
Saya melihat akar keterpurukan sektor riil dan usaha kecil menengah saat ini bukan pada masalah ada tidaknya modal usaha. Faktor kekurangan modal ini seringkali mencuat ke permukaan, padahal bukan sebagai penyebab utama. Hal yang sebenarnya terjadi adalah faktor ketakseimbangan. Konsep keseimbangan ini diabaikan dalam dunia usaha kecil sehingga mereka mau tidak mau harus gulung tikar. Ketakseimbangan ini terjadi juga dalam dimensi hidup sosial.
Maksud Anda soal konsep keseimbangan itu?
Kita harus melihat dengan penalaran logika bahwa krisis ekonomi yang merambat pada krisis multidimensi yang dihadapi bangsa kita saat ini karena penekanan pada bidang politik yang berlebihan dan berat sebelah. Padahal, dimensi politik merupakan salah satu dimensi hidup bernegara. Masih ada dimensi sosial lain yang menunjang kehidupan berbangsa dan bernegara seperti ekonomi, sosial budaya, ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, agama dan adat istiadat. Kalau pembangunan secara menyeluruh dan seimbang di semua aspek kehidupan, krisis ekonomi saat ini bisa diatasi.
Saya menilai usaha-usaha kecil yang gulung tikar karena tidak memiliki konsep keseimbangan antara produksi dan modal yang dimiliki atau antara manajemen dan daya beli pasar. Sebenarnya, UKM tak perlu bangkrut bila mereka mampu mengelola aset yang dimiliki dengan konsep keseimbangan. Konkritnya, jika modalnya masih kecil, produksinya pun harus sesuai modal yang ada.
Sebenarnya apa yang menjadi dasar pemikiran Anda?
Saya seorang konsultan. Tentu saja pengamatan saya harus secara holistik bukan kasus per kasus. Sebab dunia UKM itu murni dunia bisnis sehingga patokan bisnis yang harus dipakai. Saya berani katakan kita telah melakukan blunder (kesalahan sendiri –Red). Sudah semestinya, prinsip dasar kesimbangan dan solvabilitas perusahaan diperhitungkan dengan cermat. Sebab usaha yang berskala kecil amat sensitif terhadap kondisi perekonomian yang ada.
Artinya, harus ada mekanisme evaluasi kinerja perusahaan?
Ya, saya sependapat.
Jadi pemberdayaan UKM sebatas mengucurkan dana lunak?
Inilah kekeliruan kita selama ini. Pemerintah perlu melihat bahwa orientasi setiap perusahaan itu berbeda.
Mengapa pembenahan manajemen perusahaan menjadi target utama dalam upaya pemberdayaan UKM ketimbang bantuan modal?
Kita lihat sendiri kenyataan di lapangan. Memang banyak pengusaha kecil yang kekurangan modal usaha. Tetapi itu bukan halangan utama karena mereka berani meminjam uang di rentenir dengan bunga mencapai 10%. Kita perlu mencari tahu kenapa mereka lari ke rentenir bukan ke bank. Nah, hal ini yang harus diautopsi oleh pemerintah sebelum melangkah lebih jauh dalam upaya pengembangan UKM di Indonesia ini.
Mereka ke rentenir karena bank menetapkan berbagai persyaratan dan agunan yang sulit mereka penuhi?
Saya kira wajar bila bank bersikap demikian, karena bank berorientasi pada keuntungan dan menjaga peredaran uang. Kalau kreditnya macet tentu saja bank itu terancam dilikuidasi oleh Bank
Langkah apa yang perlu ditempuh pemerintah untuk program pemberdayaan dunia UKM?
Menurut saya, pemerintah perlu mendampingi usaha-usaha kecil dalam hal penataan manajemen perusahaan. Sebenarnya manajemen itu memiliki arti dan pengertian yang luas. Pertama, identifikasi sektor dan sub sektor apa yang dikembangkannya. Apakah kerajinan tangan, barang-barang kesenian, ataukah di bidang pertanian. Dengan ini ada pemetaan usaha yang jelas sekaligus pemerintah bisa memperoleh data base yang lengkap. Kedua, kemampuan perusahaan tersebut meliputi keseuaian antara modal awal dan produksi, antara keuntungan jangka pendek dan beban biaya operasional dan sebagainya. Ketiga, pola informasi atau lebih dikenal kemampuan berkomunikasi. Setiap perusahaan harus mampu membangun komunikasi intens dan terarah dengan perusahaan di sektor yang sama dan membangun jaringan pasar. Apabila ketiga hal ini dibenahi pemerintah maka seuah UKM memiliki bank-capable. Mereka tak perlu lagi mendatangi rentenir.
Berarti selama ini pemerintah tak punya konsep jelas dan terarah dalam pendampingan usaha di sektor riil?
Eh, begini. Pemerintah dalam hal ini Dinas Perkoperasian dan instansi lainnya memang sudah mempunyai konsep pendampingan. Hanya saja, saya lihat selama ini program pendampingan seperti pelatihan dan kursus itu tidak efektif. Kenapa saya katakan begitu. Ya, karena materi pelatihan itu diberikan sama untuk semua perusahaan padahal dari segi orientasi dan kebutuhan setiap perusahaan itu heterogen. Akibatnya, perusahaan sering mengirim wakil-wakilnya yang tak berbobot bahkan buruhnya sendiri di suruh sekedar menghadiri acara pelatihan tersebut. Karena mereka merasa tak ada manfaatnya. Ini khan sama dengan tidak efektif dan buang-buang waktu, biaya dan tenaga.
Bagaimana kebijakan yang strategis dan tepat sasar dalam memberdayakan UKM di masa mendatang?
Pertama, para pelaku usaha harus memiliki semangat juang yang tinggi. Kedua, membuka komunikasi efektif. Artinya, sektor riil yang bergerak di bidang yang sama perlu bekerja sama baik dalam upaya meningkatkan mutu juga dalam hal pendistribusian produk yang dihasilkan. Kalau tak ada kerja sama maka akan timbul persaingan yang tak sehat, harga produk jatuh di pasaran dan tentunya yang rugi ya para pelaku bisnis itu sendiri. Kalau mereka bersatu akan ada kekuatan pasar dan bisa menentukan patokan harga pokok. Ketiga, aspek politik. Politik dalam arti organisasi. Setiap pelaku UKM membuka komunikasi dengan masyarakat selaku konsumen dan langganan. Di sini ada nilai kompetisi. Masing-masing UKM akan saling menimba pengalaman baik dalam hal strategi pemasaran, jaringan, modal dan kualitas produk itu sendiri. Apabila ketiga aspek ini berjalan, saya yakin akan tercipta iklim yang bersinergis.
Khusus perkembangan UKM di Bali?
Saya melihat krisis ekonomi tak menjadi penghalang utama perkembangan UKM di Bali saat ini. Sektor riil di
Apakah Inkindo mempunyai konsep pembenahan manajemen UKM yang perlu diketahui publik?
Inkindo adalah sebuah lembaga konsultan yang bekerja berdasarkan permintaan para pengguna jasa. Saat ini hampir semua konsultan sudah bergabung dalam Inkindo kecuali konsultan hukum. Kalau pemerintah meminta bantuan Inkindo dalam pemberdayaan UKM, kami siap memberikan masukan mulai dari studi kelayakan sampai dengan pembangunan jaringan pemasaran. Memang saat ini di tingkat pusat, Inkindo melakukan langkah pendampingan UKM secara holistik bekerja sama dengan Satgas BI dan Komite Penanggulangan Kemiskinan. Tahap pertama yang sudah dijalankan adalah TOT (Training of Trainer) buat seorang tenaga konsultan dan tahap kedua di tingkat daerah, TOC (Training of Consultan) bagaimana menjadi KKMB (Konsultan Keuangan Mitra Bank). Langkah yang dilakukan adalah memberdayakan UKM dari non bank-capable menjadi bank-capable. Bila ini fokus KKMB bisa menjadi Kerja Keras Membangun Bangsa sebaliknya kalau tidak fokus bisa diplesetkan menjadi Kliang-Klieng Makin Bingung. (Beny Uleander/KPO EDISI 60/MINGGU II JUNI 2004)
Biografi :
Nama: Ir I Gusti Ngurah Adyana
Lahir : Badung, 23 November 1960
Pendidikan: S1 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana (1987)
Jabatan: Wakil Ketua Inkindo Periode 1997-2002
Sekretaris Umum Lembaga Penganyom Jasa Konstruksi Periode 2003-hingga sekarang
Ketua Inkindo Bali Periode 2002-2006
Alamat : Kompleks Kopertis, Peguyangan Kangin, Ceko Maria, Jl Gutisua No 38, Denpasar
Isteri: Ir AA Isteri Agung
Anak : IGA Angga Wirama
IGA Putra Nandika
IGA Sri Andini